s
sosiolinguistik dan pembelajaran bahasa
A. HAKIKAT PEMBELAJARAN BAHASA
Pembelajaran
bahasa terdiri dari dua kata yaitu pembelajran dan bahasa. Untuk membantu
pemahan terhadap hakikat pembelajaran bahasa, kami merasa perlu untuk membahasa
makna kedua istilah tersebut.
a.
Makna pembelajaran
Sebelum membahas tentang pengertian pembelajaran bahasa arab, maka
terlebih dahulu kami menerangkan makna pembelajaran itu sendiri. pembelajaran
dalam bahasa arab disebut dengan التعليم yang berasal dari masdar تعليما - - يعلم علم yang berarti memberikan
materi ajar sebagai mana firman Alloh SWT …و علم ادم الاسماء كلها [1] , yang artinya “dan Allah telah mengajarkan kepada adam tentang
nama-nama seluruhnya”… (QS.Al- Baqarah 31). Maksudnya Allah telah (menjadikan
dalam hati ) adam as pengetahuan akan nama-nama (pengetahuan
akan nama-nama benda di surga dan alam semesta jika ). [2] selanjutnya ust.jauhari
menjelaskan bahwa pembelajaran itu terbatas pada pemberian pengetahuan kedalam
akal dan penyampaian ilmu-ilmu kedalam fikiran, sedangkan pendidikan memilikki
makna yang lebih luas dari pembelajaran, namun merupakan satu kesatuan. Karena
sebuah pendidikan tidak akan menjadi baik dan sempurna kecuali dengan
pembelajaran yang baik, dan sebuah pembelajaran tidak akan disebut pembelajaran
yang baik kecuali berasaaskan pada pendidikan yang baik.[3]
Dr. Muliayati dan drs. mujdiyono (2006) mendefinisikan makna
pembelajaran dengan terleih dahulu mendefinisikan makna belajar. Menurutnya
belajar adalah usaha pengembangan diri yang akan menghasilkan informasi herbal, keterampilan intelek,
keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif, adapun pembelajaran lebih
ditekankan pada usaha pendidik untuk memberikan rekayasa stimulus untuk
memaksimalkan hasil belajar, .[4]
Dari beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha yang melibatkan semua kompenen
pendidikan untuk memaksimalkan hasil belajar siswa yang berdampak pada
peningkatan kreativitas dan produktivitas siwa serta meningkatnya kinerja
civitas sebuah lembaga pendidikan.
b.
Makna bahasa
Para ahli bahasa berbeda pendapat dalam memberikan definisi untuk
“bahasa”.walaupun secara keseluruhan definisi – definisi yang mereka paparkan
memiliki kemiripan. hajazi (1973-9/10) berpendapat “bahasa adalah suara alami
untuk berkomunikasi yang memiliki fungsi sosial untuk menggambarkan dan
menjabarkan pemikiran serta diterapkan dalam sebuah kumunitas masyarakat.”[5] Sedangkan dalam pengertian yang lain, Bahasa dimaknai sebagai suatu sistem. Pertama adanya sistem bunyi.
Sistem bunyi ini kenyataannya membentuk sistem bentuk. Dalam pemakaiannya
sistem bentuk membentuk sistem struktur. Akhimya sistem sistem itu membentuk
sistem arti. Sistem-sistem ini dianalisis untuk dapat menentukan apa yang harus
diajarkan. Analisis itu akan menghasilkan :
1.Adanya bunyi-bunyi bahasa
2.Adanya bunyi-bunyi bahasa yang mempunyai arti.
3.Adanya bentuk-bentuk yang mempunyai arti.
4. Adanya jenis-jenis urutan tertentu jika bentuk-bentuk yang mempunyaim arti itu muncul bersama-sama[6].
1.Adanya bunyi-bunyi bahasa
2.Adanya bunyi-bunyi bahasa yang mempunyai arti.
3.Adanya bentuk-bentuk yang mempunyai arti.
4. Adanya jenis-jenis urutan tertentu jika bentuk-bentuk yang mempunyaim arti itu muncul bersama-sama[6].
Dari beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa adalah usaha yang melibatkan semua
kompenen pembelajaran bahasa untuk memaksimalkan hasil belajar siswa yang
berdampak pada peningkatan kreativitas, produktivitas dan keterampilan
berbahasa siwa.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa sejatinya pembelajaran bahasa
memuat usaha-usaha guru, siswa serta dukungan komponen pembelajaran bahasa
seperti sumber pembelajaran bahasa, lingkungan bahasa, dan media pembelajaran
bahasa yang bertujuan untuk peningkatan kemampuan berbahasa siswa yang meliputi
keterampilan mendengar ( مهارة لآستماع), berbicara ( مهارة الكلام), membaca ( مهارة القراءىة) dan menulis (الكتابة مهارة ) .
yang pada gilirannya,ketika akhir
pembelajaran bahasa, seorang pelajar diharapkan memiliki empat kompetensi
komunikatif (communicative competence), yaitu penguasaan tata bahasa
(Grammatical competence), penguasaan konteks sosial bahasa dalam komunikasi
(Sosiolinguistic competence), kemampuan menginterpretasi hubungan pesan secara
keseluruhan dalam wacana (Discourse competence) dan kemampuan dalam strategi komunikasi
(Strategic competence) (Richards, 1994:71)[7]
B.
HUBUNGAN SOSIOLINGUISTIK DAN PEMBELAJARAN BAHASA
Pembelajaran bahasa tidak dapat berlangsung
dengan baik tanpa memanfaatkan jasa ilmu-ilmu lain yang relevan dengannya,
seperti: psikologi, pedagogik, sosiologi, antropologi, manajemen,
sosiolinguistik, psikolinguistik dan linguistik.
Dilihat dari segi obyeknya, pembelajaran
bahasa erat sekali hubungnnya dengan linguistik, akan tetapi bila dilihat dari
beberapa segi yang lain keduanya menunujukkan beberapa titik perbedaan,
terutama bila ditinjau dari segi tujuan, metode dan sikap. Titik perbedaan itu
bisa terlihat dari uraian sebagai berikut:
1.
Tujuan
Linguistik bertujuan menemukan kriteria atau teori universal yang
akan menerangkan fenomena bahasa, sedangkan guru bahasa bertujuan membantu
murid menguasai bahasa.
2.
Metode
Linguistik menggunakan metode formal dan abstrak, sedangkan guru
bahasa menggunakan metode fungsional yang praktis.
3.
Sikap
Linguistik melihat bahasa
sebagai suatu sistem sedangkan guru bahasa melilhat bahasa sebagai suatu
ketrampilan. (Syahrudin, 1989:2).
Dengan adanya persamaan dan perbedaan tersebut, menjadikan sosio
linguistik sebagai salah satu alat untuk mencari dan menerapkan sebuah landasan
teori dalam pembelajaran bahasa sehingga lahirlah cabang ilmu yang dikenal
dengan nama linguistik terapan (applied
Linguistik). Linguistik
terapan berusaha menjembatani yang ada antara teoritisi dan praktisi yang
disebabkan oleh perbedaan sikap, metode dan tujuan kedua kelompok tersebut.
Sebagai akibatnya, pada awal kemunculan ilmu ini, orang tidak bisa membedakan
antara linguistik terapan dan pembelajaran bahasa (Syahrudin, 1989:3). Padahal,
linguistik terapan tidak hanya pembelajaran bahasa saja.
Dengan demikian hubungan antara sosiolinguistik dengan
pembelajaran bahasa tampak sperti ushul fiqih dengan fiqih, maksudnya
sosisolinguistik menemukan dasar-dasar yang menjadi pegangan bagi sebuah
pembelajaran bahasa untuk membentuk sebuah pembelajaran bahasa yang efektif ,
dimana landasan ini diperoleh melalui penelitian terhadap lingkungnan budaya,
masyarakat dan kultur masyarakat bahasa yang menjadi bidang pembahasan
sosiolinguistik
C.
UREGENSI SOSIOLINGUISTIK TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA
Ada banyak faktor yang berpengaruh dan perlu dipertimbangkan dalam
proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang diinginkan, antara lain: tujuan
yang ingin dicapai, materi pembelajaran,
sumber-sumber belajar, keadaan siswa, keadaan guru, keadaan kelas, jumlah siswa
dan waktu yang tersedia, biaya dan lainnya.
Ketika
kita memasuki dunia pembelajar bahasa, menurut H.H. Stern, berarti kita telah
bergelut dalam 4 (empat) konsep utama pembelajaran bahasa, yaitu: 1) bahasa, 2)
pembelajaran, 3) bahan ajar, dan 4) konteks.[8]
Berikut akan diurai keempat konsep itu guna melihat letak urgensitas
sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa.
1. Bahasa
Pembelajaran bahasa memrlukan konsep tentang hakekat
bahasa. Secara implicit dan ekplisit seorang guru bahasa bekerja berdasar teori
tentang bahasa. Pertanyaan pokok yang diajukan tentang teori pembelajaran
bahasa adalah; ”Apa sebenarnya bahasa
dalam pembelajaran bahasa?”. Pertanyaan ini dijawab linguistik,
psikolinguistik dan sosiolinguistik
2. Pembelajaran
Pembelajaran bahasa melibatkan guru
dalam proses pembelajaran. pertanyaan mendasar atas hal ini adalah: ”Bagaiman teori pembelajaran bahasa
sebenarnya? Apa tugas dan peranan para guru dalam proses pembelajaran?”.
Pertanyaan kedua ini akan dijawab oleh studi pendidikan
3. Bahan ajar
Pembelajaran bahasa menuntut pandangan tentang pembelajar bahasa
dan bahan ajar bahasa. Pertanyaan yang mendasar adalah: ”Siapa yang sedang belajar bahasa dan bahan ajar apa yan paling tepat
diberikan padanya?”. Pertanyaan ketiga ini akan dijawab oleh psikologi
pendidikan, psikolinguistik dan sosiolinguistik.
4. konteks
Pembelajaran berlangsung dalam konteks tertentu. Pengertian
tentang konteks merupakan bagian yang esensial dalam teori. Bahasa, belajar
bahasa dan mengajar bahasa harus dilihat dalam konteks apa, bagaimana setting
pendidikanya, dan apa latar belakang dilakukannya pembelajaran bahasa. Ada 2
(dua) hal penting yang harus dijelaskan dalam hal ini. Pertama, Konteks Bahasa.
Bahasa pertama seorang pebelajar dan bahasa sasaran yang terkait erat dengan konteks sosial, kultural dan politik
tertentu yang termuat dalam pembelajaran bahasa. Dalam pengembangan teori
pembelajaran bahasa, yang perlu dipersoalkan adalah dalam masyarakat seperti
apakah bahasa itu diajarkan? Bagaimana dengan eksistensi sosiolinguistiknya?
Pertanyaan semacam ini akan dijawab oleh sosiologi, sosiolinguistik.
Selanjutnya pertanyaan yang muncul
adalah tentang Setting
Pendidikan. Setiap pendidikan tentunya mempunyai seting tertentu( misalna
pendidikan nasional). Pertanyaan yang bisa diajukan dalam masalah ini adalah: ”Bagaimana posisi bahasa yang diajarkan
(mislanya bahasa Arab) dalam pendidkan nasional? Bagaimana pembelajaran bahasa
asing disesuaikan dengan konteks pendidikan yang khusus?”. Pertanyaan ini
memerlukan analisis pendidikan yang didukung oleh analisis sosiologi dan
sosiolinguistik.
Dari penjabaran di atas, dapat kita kihat bahwa sebagian besar
bahkan hampir keseluruhan persualan-persoalan yang paling uregen dalam
membuahkan hasil pembelajaran bahasa yang maksimal bisa terjawab/ teratasi
dengan sosiolinguistik tentunya dengan kolaborasi dengan ilmu-ilmu pendukung
pembelajaran bahasa yang lainnya.
D.
IMPLEMENTASI SOSIOLINGUISTIK PADA PEMBELAJARAN BAHASA
Bahasa tentu tidak terlepas
dari budaya sebuah masyarakat yang mempergunakan bahasa tersebut, perkembangan
bahasa pun tentu beriringan dengan perkembangan masayrakat penggunanya. Dengan
asumsi seperti ini, maka jika kita ingin mempelajari sebuah bahasa, secara
sadar ataupun tidak, kita telah mempelajarai budaya bangsa tersebut. Hal ini
kemudian menjadi memunculkan sebuah pernyataan dan sikap sosiolinguistik bahwa
bahasa merupakan sebuah sistem yang terkait erat dengan sistem kemasyarakatan.
Berbeda dengan pembelajaran bahasa yang menganggap bahasa hanyalah sebagai
keterampilan belaka.
Untuk
menjembatani kedua pandangan yang berbeda tentang bahasa ini, maka muncullah
sebuah ilmu sosiolingistik terapan yang
merupakan salah satu ilmu bahasa terapan yang mempelajari tentang problematika
dialek suatu daerah, dialek suatu daerah dan juga topic bilingual dan
multilngual. [9]
Secara umum yang dimaksud dengan ilmu terapan adalah pemanfaatan ilmu
pengetahuan untuk merencanakan dan membuat desain bagi kegiatan yang praktis
dalam kehidupan sehari-hari. (Parera, 1987:10).
Dari
definisi tersebut tampak jelas bahwa implementasi sosiolinguistik dalam pembelajaran
bahasa dapat berupa pemanfaatan produk sosiolinguistik (berupa pengetahuan dan
hasil penelitian/informasi tentang bahasa/ dialek suatu daerah) untuk
merencakan desain pembelajaran bahasa bukan hanya sebagai keterampilan belaka,
melainkan bagar bahasa yang sudah dipelajari itu, dapat digunakan dan diterima
serta sesuai dengan budaya penutur asli bahasa yang dipelajari. Oleh karena itu
para mahasiswa/ pelajar bahasa bukan harus mengetahui latar belakang budaya
bahasa target secara makro, akan tetapi harus mempelajari pengetahuan pragmatis
praktis dalam penggunaan bahasa sehingga secara budaya dapat diterima.[10]
E.
Kesimpulan
Dari
pembahasa diatas, dapat kita simpulkan bahwa :
1.
Sosiolinguistik
menempati kedudukan yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa untuk
menjadikan bahasa yang telah dipelajarai dapat diterima dan sesuai dengan
budaya bahasa penutur aslinya
2.
Ssosiolinguistik
dengan pembelajaran bahasa ibarat sebuah dasar bangunan dengan bangunannya.
Dengan sosiolinguistik seorang pengajar bahasa akan memahami arah dan bagaimana
mendesain pembelajaran bahasa yang akan diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Acep hermawan,
metodologi pembelajaran bahasa arab. PT.REMAJA ROSDA KARYA: Bandung 2011
Jalaluddin
Muhammad bin ahmad, Jalaluddin Abdurrahman.Tafsir jalalain .al-hidayah :
Surabaya.
Muhammad idris
jauhari, maadi ilmi at-tarbiyah.mutiara prees.
Parera, Jis Daniel. 1987. Linguistik Edukasiona : Pendekatan
Konsep dan Teori Pengajaran Bahasa. Jakarta: Erlangga.
http://massofa.wordpress.com/ 2008 / 06 / 29 / tanggal akses :
Rabu,14 Desember 2011
http://setyowati-smg.blogspot.com/2007/ Rabu,14 Desember 2011
[1] Muhammad idris jauhari, maadi ;lmii
at-tarbiyah.mutiara prees.h.2
[2]
Jalaluddin Muhammad bin ahmad,jalaluddin abdurrahman.tafsir jalalain
.al-hidayah : Surabaya.I.h.6
[3] Muhamad
idris jauhary. mabadi lmii at-tarbiyah.op.cit. h. 3
[4] Miyati
dan mudjiono, belajar dan pembelajaran.op.cit.h.11
[5] Abdul majid sayyid
ahmad mansur.’ilmu al-lughotu an-nafsi.universitas raja sa’ud:Riyadh.2.h.6
[8] Parera, Jis Daniel. 1987. Linguistik Edukasiona : Pendekatan Konsep
dan Teori Pengajaran Bahasa. Jakarta: Erlangga. 4
[9] Al-Sayid, Sabri Ibrahim. Tanpa tahun. Ilm al-lughah al-Ijtima’ I. Beirut: Dar
al-Ma’rifah al-Jami’iyyah.
[10] Acep
hermawan, mwtodologi pembelajaran bahasa arab. PT.REMAJA ROSDA KARYA: Bandung
2011.h:37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar