Senin, 11 Juni 2012



s
sosiolinguistik dan pembelajaran bahasa
A.    HAKIKAT PEMBELAJARAN BAHASA
Pembelajaran bahasa terdiri dari dua kata yaitu pembelajran dan bahasa. Untuk membantu pemahan terhadap hakikat pembelajaran bahasa, kami merasa perlu untuk membahasa makna kedua istilah tersebut.

a.      Makna pembelajaran
Sebelum membahas tentang pengertian pembelajaran bahasa arab, maka terlebih dahulu kami menerangkan makna pembelajaran itu sendiri. pembelajaran dalam bahasa arab disebut dengan التعليم yang berasal dari masdar تعليما -  - يعلم علم yang berarti memberikan materi ajar sebagai mana firman Alloh SWT …و علم ادم الاسماء كلها [1] , yang artinya “dan Allah telah mengajarkan kepada adam tentang nama-nama seluruhnya”… (QS.Al- Baqarah 31). Maksudnya Allah telah (menjadikan dalam hati ) adam as pengetahuan akan  nama-nama (pengetahuan akan nama-nama benda di surga dan alam semesta jika ). [2] selanjutnya ust.jauhari menjelaskan bahwa pembelajaran itu terbatas pada pemberian pengetahuan kedalam akal dan penyampaian ilmu-ilmu kedalam fikiran, sedangkan pendidikan memilikki makna yang lebih luas dari pembelajaran, namun merupakan satu kesatuan. Karena sebuah pendidikan tidak akan menjadi baik dan sempurna kecuali dengan pembelajaran yang baik, dan sebuah pembelajaran tidak akan disebut pembelajaran yang baik kecuali berasaaskan pada pendidikan yang baik.[3]
Dr. Muliayati dan drs. mujdiyono (2006) mendefinisikan makna pembelajaran dengan terleih dahulu mendefinisikan makna belajar. Menurutnya belajar adalah usaha pengembangan diri yang akan menghasilkan informasi herbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif, adapun pembelajaran lebih ditekankan pada usaha pendidik untuk memberikan rekayasa stimulus untuk memaksimalkan hasil belajar, .[4]
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha yang melibatkan semua kompenen pendidikan untuk memaksimalkan hasil belajar siswa yang berdampak pada peningkatan kreativitas dan produktivitas siwa serta meningkatnya kinerja civitas sebuah lembaga pendidikan.

b.      Makna bahasa

Para ahli bahasa berbeda pendapat dalam memberikan definisi untuk “bahasa”.walaupun secara keseluruhan definisi – definisi yang mereka paparkan memiliki kemiripan. hajazi (1973-9/10) berpendapat “bahasa adalah suara alami untuk berkomunikasi yang memiliki fungsi sosial untuk menggambarkan dan menjabarkan pemikiran serta diterapkan dalam sebuah kumunitas masyarakat.”[5]  Sedangkan dalam pengertian yang lain, Bahasa dimaknai sebagai suatu sistem. Pertama adanya sistem bunyi. Sistem bunyi ini kenyataannya membentuk sistem bentuk. Dalam pemakaiannya sistem bentuk membentuk sistem struktur. Akhimya sistem sistem itu membentuk sistem arti. Sistem-sistem ini dianalisis untuk dapat menentukan apa yang harus diajarkan. Analisis            itu akan           menghasilkan  :
1.Adanya         bunyi-bunyi     bahasa
2.Adanya         bunyi-bunyi     bahasa yang    mempunyai     arti.
3.Adanya         bentuk-bentuk yang   mempunyai     arti.
4. Adanya jenis-jenis urutan tertentu jika bentuk-bentuk yang mempunyaim arti itu muncul         bersama-sama[6].
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa adalah usaha yang melibatkan semua kompenen pembelajaran bahasa untuk memaksimalkan hasil belajar siswa yang berdampak pada peningkatan kreativitas, produktivitas dan keterampilan berbahasa siwa.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa sejatinya pembelajaran bahasa memuat usaha-usaha guru, siswa serta dukungan komponen pembelajaran bahasa seperti sumber pembelajaran bahasa, lingkungan bahasa, dan media pembelajaran bahasa yang bertujuan untuk peningkatan kemampuan berbahasa siswa yang meliputi keterampilan mendengar ( مهارة لآستماع), berbicara ( مهارة الكلام), membaca ( مهارة القراءىة) dan menulis (الكتابة  مهارة ) . yang pada gilirannya,ketika  akhir pembelajaran bahasa, seorang pelajar diharapkan memiliki empat kompetensi komunikatif (communicative competence), yaitu penguasaan tata bahasa (Grammatical competence), penguasaan konteks sosial bahasa dalam komunikasi (Sosiolinguistic competence), kemampuan menginterpretasi hubungan pesan secara keseluruhan dalam wacana (Discourse competence) dan kemampuan dalam strategi komunikasi (Strategic competence) (Richards, 1994:71)[7]

B.      HUBUNGAN SOSIOLINGUISTIK DAN PEMBELAJARAN BAHASA
Pembelajaran bahasa tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa memanfaatkan jasa ilmu-ilmu lain yang relevan dengannya, seperti: psikologi, pedagogik, sosiologi, antropologi, manajemen, sosiolinguistik, psikolinguistik dan linguistik.
Dilihat dari segi obyeknya, pembelajaran bahasa erat sekali hubungnnya dengan linguistik, akan tetapi bila dilihat dari beberapa segi yang lain keduanya menunujukkan beberapa titik perbedaan, terutama bila ditinjau dari segi tujuan, metode dan sikap. Titik perbedaan itu bisa terlihat dari uraian sebagai berikut:
1.      Tujuan
Linguistik bertujuan menemukan kriteria atau teori universal yang akan menerangkan fenomena bahasa, sedangkan guru bahasa bertujuan membantu murid menguasai bahasa.
2.      Metode
Linguistik menggunakan metode formal dan abstrak, sedangkan guru bahasa menggunakan metode fungsional yang praktis.
3.       Sikap
 Linguistik melihat bahasa sebagai suatu sistem sedangkan guru bahasa melilhat bahasa sebagai suatu ketrampilan. (Syahrudin, 1989:2).
Dengan adanya persamaan dan perbedaan tersebut, menjadikan sosio linguistik sebagai salah satu alat untuk mencari dan menerapkan sebuah landasan teori dalam pembelajaran bahasa sehingga lahirlah cabang ilmu yang dikenal dengan nama linguistik terapan (applied Linguistik). Linguistik terapan berusaha menjembatani yang ada antara teoritisi dan praktisi yang disebabkan oleh perbedaan sikap, metode dan tujuan kedua kelompok tersebut. Sebagai akibatnya, pada awal kemunculan ilmu ini, orang tidak bisa membedakan antara linguistik terapan dan pembelajaran bahasa (Syahrudin, 1989:3). Padahal, linguistik terapan tidak hanya pembelajaran bahasa saja.
Dengan demikian hubungan antara sosiolinguistik dengan pembelajaran bahasa tampak sperti ushul fiqih dengan fiqih, maksudnya sosisolinguistik menemukan dasar-dasar yang menjadi pegangan bagi sebuah pembelajaran bahasa untuk membentuk sebuah pembelajaran bahasa yang efektif , dimana landasan ini diperoleh melalui penelitian terhadap lingkungnan budaya, masyarakat dan kultur masyarakat bahasa yang menjadi bidang pembahasan sosiolinguistik

C.      UREGENSI SOSIOLINGUISTIK TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA
Ada banyak faktor yang berpengaruh dan perlu dipertimbangkan dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang diinginkan, antara lain: tujuan yang ingin dicapai,  materi pembelajaran, sumber-sumber belajar, keadaan siswa, keadaan guru, keadaan kelas, jumlah siswa dan waktu yang tersedia, biaya dan lainnya.
Ketika kita memasuki dunia pembelajar bahasa, menurut H.H. Stern, berarti kita telah bergelut dalam 4 (empat) konsep utama pembelajaran bahasa, yaitu: 1) bahasa, 2) pembelajaran, 3) bahan ajar, dan 4) konteks.[8] Berikut akan diurai keempat konsep itu guna melihat letak urgensitas sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa.
1.       Bahasa
                  Pembelajaran bahasa memrlukan konsep tentang hakekat bahasa. Secara implicit dan ekplisit seorang guru bahasa bekerja berdasar teori tentang bahasa. Pertanyaan pokok yang diajukan tentang teori pembelajaran bahasa adalah; ”Apa sebenarnya bahasa dalam pembelajaran bahasa?”. Pertanyaan ini dijawab linguistik, psikolinguistik dan sosiolinguistik
2.       Pembelajaran
                  Pembelajaran bahasa melibatkan guru dalam proses pembelajaran. pertanyaan mendasar atas hal ini adalah: ”Bagaiman teori pembelajaran bahasa sebenarnya? Apa tugas dan peranan para guru dalam proses pembelajaran?”. Pertanyaan kedua ini akan dijawab oleh studi pendidikan
3.       Bahan ajar
      Pembelajaran bahasa menuntut pandangan tentang pembelajar bahasa dan bahan ajar bahasa. Pertanyaan yang mendasar adalah: ”Siapa yang sedang belajar bahasa dan bahan ajar apa yan paling tepat diberikan padanya?”. Pertanyaan ketiga ini akan dijawab oleh psikologi pendidikan, psikolinguistik dan sosiolinguistik.
4.       konteks
Pembelajaran berlangsung dalam konteks tertentu. Pengertian tentang konteks merupakan bagian yang esensial dalam teori. Bahasa, belajar bahasa dan mengajar bahasa harus dilihat dalam konteks apa, bagaimana setting pendidikanya, dan apa latar belakang dilakukannya pembelajaran bahasa. Ada 2 (dua) hal penting yang harus dijelaskan dalam hal ini. Pertama, Konteks Bahasa. Bahasa pertama seorang pebelajar dan bahasa sasaran yang terkait erat  dengan konteks sosial, kultural dan politik tertentu yang termuat dalam pembelajaran bahasa. Dalam pengembangan teori pembelajaran bahasa, yang perlu dipersoalkan adalah dalam masyarakat seperti apakah bahasa itu diajarkan? Bagaimana dengan eksistensi sosiolinguistiknya? Pertanyaan semacam ini akan dijawab oleh sosiologi, sosiolinguistik.
Selanjutnya pertanyaan yang muncul adalah tentang Setting Pendidikan. Setiap pendidikan tentunya mempunyai seting tertentu( misalna pendidikan nasional). Pertanyaan yang bisa diajukan dalam masalah ini adalah: ”Bagaimana posisi bahasa yang diajarkan (mislanya bahasa Arab) dalam pendidkan nasional? Bagaimana pembelajaran bahasa asing disesuaikan dengan konteks pendidikan yang khusus?”. Pertanyaan ini memerlukan analisis pendidikan yang didukung oleh analisis sosiologi dan sosiolinguistik.
Dari penjabaran di atas, dapat kita kihat bahwa sebagian besar bahkan hampir keseluruhan persualan-persoalan yang paling uregen dalam membuahkan hasil pembelajaran bahasa yang maksimal bisa terjawab/ teratasi dengan sosiolinguistik tentunya dengan kolaborasi dengan ilmu-ilmu pendukung pembelajaran bahasa yang lainnya.


D.     IMPLEMENTASI SOSIOLINGUISTIK PADA PEMBELAJARAN BAHASA
Bahasa  tentu tidak terlepas dari budaya sebuah masyarakat yang mempergunakan bahasa tersebut, perkembangan bahasa pun tentu beriringan dengan perkembangan masayrakat penggunanya. Dengan asumsi seperti ini, maka jika kita ingin mempelajari sebuah bahasa, secara sadar ataupun tidak, kita telah mempelajarai budaya bangsa tersebut. Hal ini kemudian menjadi memunculkan sebuah pernyataan dan sikap sosiolinguistik bahwa bahasa merupakan sebuah sistem yang terkait erat dengan sistem kemasyarakatan. Berbeda dengan pembelajaran bahasa yang menganggap bahasa hanyalah sebagai keterampilan belaka.
Untuk menjembatani kedua pandangan yang berbeda tentang bahasa ini, maka muncullah sebuah ilmu sosiolingistik terapan  yang merupakan salah satu ilmu bahasa terapan yang mempelajari tentang problematika dialek suatu daerah, dialek suatu daerah dan juga topic bilingual dan multilngual. [9] Secara umum yang dimaksud dengan ilmu terapan adalah pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk merencanakan dan membuat desain bagi kegiatan yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. (Parera, 1987:10).
Dari definisi tersebut tampak jelas bahwa implementasi sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa dapat berupa pemanfaatan produk sosiolinguistik (berupa pengetahuan dan hasil penelitian/informasi tentang bahasa/ dialek suatu daerah) untuk merencakan desain pembelajaran bahasa bukan hanya sebagai keterampilan belaka, melainkan bagar bahasa yang sudah dipelajari itu, dapat digunakan dan diterima serta sesuai dengan budaya penutur asli bahasa yang dipelajari. Oleh karena itu para mahasiswa/ pelajar bahasa bukan harus mengetahui latar belakang budaya bahasa target secara makro, akan tetapi harus mempelajari pengetahuan pragmatis praktis dalam penggunaan bahasa sehingga secara budaya dapat diterima.[10]

E.      Kesimpulan
Dari pembahasa diatas, dapat kita simpulkan bahwa :
1.      Sosiolinguistik menempati kedudukan yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa untuk menjadikan bahasa yang telah dipelajarai dapat diterima dan sesuai dengan budaya bahasa penutur aslinya
2.      Ssosiolinguistik dengan pembelajaran bahasa ibarat sebuah dasar bangunan dengan bangunannya. Dengan sosiolinguistik seorang pengajar bahasa akan memahami arah dan bagaimana mendesain pembelajaran bahasa yang akan diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA
Acep hermawan, metodologi pembelajaran bahasa arab. PT.REMAJA ROSDA KARYA: Bandung 2011
Jalaluddin Muhammad bin ahmad, Jalaluddin Abdurrahman.Tafsir jalalain .al-hidayah : Surabaya.
Muhammad idris jauhari, maadi ilmi at-tarbiyah.mutiara prees.
Parera, Jis Daniel. 1987. Linguistik Edukasiona : Pendekatan Konsep dan Teori Pengajaran Bahasa. Jakarta: Erlangga. 
http://setyowati-smg.blogspot.com/2007/ Rabu,14 Desember 2011



[1]  Muhammad idris jauhari, maadi ;lmii at-tarbiyah.mutiara prees.h.2
[2] Jalaluddin Muhammad bin ahmad,jalaluddin abdurrahman.tafsir jalalain .al-hidayah : Surabaya.I.h.6
[3] Muhamad idris jauhary. mabadi lmii at-tarbiyah.op.cit. h. 3
[4] Miyati dan mudjiono, belajar dan pembelajaran.op.cit.h.11
[5]  Abdul majid sayyid ahmad mansur.’ilmu al-lughotu an-nafsi.universitas raja sa’ud:Riyadh.2.h.6
[7] http://setyowati-smg.blogspot.com/2007/ Rabu,14 Desember 2011

[8] Parera, Jis Daniel. 1987. Linguistik Edukasiona : Pendekatan Konsep dan Teori Pengajaran Bahasa. Jakarta: Erlangga.  4

[9] Al-Sayid, Sabri Ibrahim. Tanpa tahun. Ilm al-lughah al-Ijtima’ I. Beirut: Dar al-Ma’rifah al-Jami’iyyah.

[10] Acep hermawan, mwtodologi pembelajaran bahasa arab. PT.REMAJA ROSDA KARYA: Bandung 2011.h:37

Tidak ada komentar: