Selasa, 12 Juni 2012

MEMAHAMI KONSEP UMUMMETODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (MPBA)



MEMAHAMI KONSEP UMUM MPBA

1.      PENDAHULUAN
Dalam peroses pembelajaran dan pengajaran terdapat perangkat-perangkat pengajaran yang menunjang dan mendukung keberhasilan proses pembelajaran, Begitu pula halnya dalam pembelajaran bahasa arab metode merupakan perangkat yang sangat penting walaupun pada prakteknya pembelajaran bahasa sedikit berbeda dengan pembelajaran pada umumnya karena dalam pembelajaran bahasa seorang guru minimal melibatkan tiga ilmu yaitu linguistik, psikologi dan ilmu pendidikan. Bahkan Ibnu khaldun berkata, “Sesungguhnya pengajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kecermatan karena ia sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi dan ketelatenan, sehingga menjadi cakap dan professional.”
Jika kita melihat fakta pembelajaran bahasa asing dengan siswa atau murid yang tentunya memiliki perbedaan kemampuan dasar dan perlengkapan pembelajaran di negara kita yang pada umumnya masih jauh dari standar internasional, di tambah lagi dengan berbagai problema pembelajaran bahasa asing (arab)  tentu seorang guru harus memiliki metode jitu untuk memaksimalkan hasil pembelajaran dengan kondisi tersebut. Maka dalam makalah ini kami ingin mencoba memaparkan beberapa hal yang bekaitan dengan pengertian, tujuan, serta uregensi Metode Pengajaran Bahasa Arab (MPBA).



2.      MATERI MAKALAH :

A.     PENGERTIAN MPBA
Secara bahasa Metodologi pengajaran bahasa arab terdiri dari tiga suku kata yaitu metodologi, pengajaran, dan bahasa arab . dalam KBI metode di artaikan dengan cara[1] adapun pengajaran berasal dari kata dasar ajar yang mendapatkan imbuhan pe-an yang berarti proses,perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan[2]  sedangkan bahasa arab menurut mustofa al gholayani adalah :
الكلمات التى يعبر بها العرب عن اغراضهم وقد وصلت الينا من طريق النقل.[3]
“ lafaz-lafaz yang digunakan oleh orang arab untuk menggambarkan maksud merekadan sampai pada kita dengan jalan penukilan “
Sedangkan suryo subroto mengungkapkan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan dari proses pengajaran, atau bagaimana teknisnya suatu bahan pelajaran di sampaikan pada murid-murid di sekolah[4] . adapun pengajaran bahasa Arab adalah proses penyajian dan peenyampaian ilmu oleh guru bahasa Arab kepada murid dengan tujuan agar murid memahami dan menguasai bahasa Arab serta dapat mengembangkannya.[5]
jadi metode pengajaran bahasa arab adalah bahasa arab adalah cara-cara pelaksanaan yang akan dan harus di tempuh seorang guru dalam proses pengajaran/penyampaian materi bahasa arab  kepada peserta didik guna mendapatkan mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan hasil pembelajaran bahasa arab.




B.      TUJUAN DAN RUANG LINGKUP MPBA
Sebagaimana pengertian metode pengajaran baha arab pada poin A maka tujuan MPBA adalah :
1.      Mengefektifkan pengkomunikasian materi bahasa arab kepada siswa.
2.      Menciptakan pembelajaran bahasa arab yang efektif dan evisien.
3.      Menciptakan tenaga-tenaga pendidikan bahasa arab yang profesional.

Oleh karena metode pengajaran bahasa arab diterapkan untuk mencapai tujuan  pembelajaran bahasa arab maka ruang lingkup MPBA meliputi pengajaran bahasa arab dan tujuan pembelajaran bahasa arab itu sendiri, berikut adalah penjelasan tentang kedua aspek tersebut  :
a)      Pengajaran Bahasa Arab
1. bercakap-cakap (Muhadasah)
Muhadasah yaitu menyajikan bahan pelajaran bahasa Arab melalui percakapan, dalam percakapan itu dapat terjadi antara murid dan guru dan antara murid dengan murid, sambil menambah dan terus memperkaya perbendaharaan kata-kata yang semakin banyak.
Jika diperhatikan lebih jauh, anak kecil belajar bahasa ibunya memang dimulai dengan percakapan ini, mula-mula ia ucapkan kata-kata yang diajarkan oleh ibunya meskipun tidak langsung ia pahami atau dimengerti, setelah agak lancar mulai ia menyusun kata-kata dan akhirnya lama-kelamaan menjadi mahir dan paham berbicara yang ia ucapkan itu. Jadi, bukan tata bahasanya yang oertama diajarkan tetapi mmelatih percakapannya. “sudah bisa karena bisa”, inilah metode yang alamiah dan berhasil guna.
2. Muthola’ah (membaca)
Muthala’ah yaitu menyajikan pelajaran dengan cara membaca baik membaca dengan bersuara meupun membaca dalam hati.
Melalui Mutholaah ini, diharapkan anak didik dapat mengucapkan lafat dan kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab yang fsih, lancar dan benar. Tidak sembarang baca, akan tetapi memperhatikan tanda-tanda baca, tebal-tipisnya bacaan. Sebab, salah dalam mengucapkan tanda baca, akan berakibat kesalahan arti yang dimaksud.
3. Imla’ (dikte)
Imla’ disebut juga metode dikte, aTau metode menulis. Dimana guru membacakan acara pelajaran, dengan menyuruh siswa untuk menulis di buku tulis. Dan Imla’ dapat pulla berlaku, dimana guru menuliskan materi pelajaran Imla’ di papan tulis, dan setelah selesai diperlihatkan kepada siswa. Maka materi Imla’ tersebut dihapus dan menyuruh siswa untuk menuliskannya kembali di buku tulisnya.
Pada dasarnya ada dua cara imla’ yang dapat dilakukan dalam pengajaran imla’ di kelas. Yakni dengan cara mengimla’kan materi pelajaran itu di papan tulis dan murid mencatatnya di buku tulis. Kemudian imla’ dengan cara guru hanya mebacakan materi pelajaran itu, kemudian murid menulisnya di buku tulis mereka masing-masing.

4. Insya’ (mengarang)
Insya’ yaitu menyajikan bahan pelajaran dengan cara menyuruh siswa mengarang dalam bahasa Arab, untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan pengalaman yang dimilikinya.
Melalui metode ini diharapkan anak didik dapat mengembangkan daya imajinasi secara kreatif dan produktif sehingga berpikirnya menjadi berkembang dan tidak statis.
5. Mahfudzat (menghafal)
mengahafal yakni menyajikan materi pelajaran bahasa Arab dengan jalan menyuruh siswa untuk menghafal kalimat-kalimat berupa; syair, cerita, kata-kata hikmah dan lain lain yang menarik hati.
Pada umumnya belajar menghafal syair-syair, kata-kata hikmahndalam bahasa Arab, sangat digemari oleh anak didik. Terutama pada tingkat ibtidaiyah dan Tsanawiyah, apalagi materi menghafal menarik dan menyentuh perasaan anak didik.

6. Qawa’id (nahwu saraf)
Pada umumnya banyak orang Islam menyangka bahwa bahasa Arab itu disamkan dengan Nahwu Saraf, lalu mereka membayangkan bahwa kalau begitu belajar bahasa Arab itu sukar, sulit dan memusingkan otak saraf.
Kesan bahwa bahasa Arab itu sukar, sulit dan memusingkan kepala adalah banyak disebabkan dari kesalahan metode dalam mengajar. Sistem dan metode pengajaran lama, terlalu menitikberatkan dan mengutamakan Nahwu saraf dari pada Ta’bir (percakapan), Muthala’ah (membaca), dan Imla’ (menulis). Sehingga seolah-oleh menyamakan bahasa Arab itu dengan Nahwu Saraf itu sendiri. Dengan kata lain, jika seseorang telah mengtahui tata bahasa Arab maka dengan sendirinya menguasai bahasa Arab. Padahal nahwu saraf itu baru merupakan satu bagian dari bahasa Arab, yang tidak mesti perlu dianggap sulit, apalagi ditakuti. Prinsip mengajarkan bahasa Arab hendaknya tidak menyulitkan. Akan tetapi buatlah anak-anak senang berbahasa Arab, jangan menyulitkan mereka.

b)      Tujuan pembelajaran bahasa arab
Dalam buku yang berjudul “Pendekatan Metode dan Teknik Pengajaran Bahasa Arab”, Fuad Effendy dan Fachruddin Djalal mengemukakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Arab dibedakan menjadi tiga, yakni:
1)      Tujuan Strategis
Tim penyusun buku Pedoman Bahasa Arab Departemen Agama merumuskan tujuan srategis pengajaran bahasa Arab di Indonesia, yakni:
a. Untuk menunjang pembinaan kebudayaan nasional. Tujuan ini sehubungan dengan peranan bahasa Arab yang cukup berarti dalam kebudayaan nasional.
b. Untuk menunjang pembangunan nasional. Hal ini sehubungan dengan tujuan pembangunan nasional yang tidak saja mementingkan aspek materiil tapi juga aspek spiritual, dan bahasa Arab adalah bahasa agama Islam yang dipeluk oleh sebagian besar rakyat Indonesia. 
2)      Tujuan Umum (kurikuler)
Tujuan umum adalah tujuan pengajaran bahasa Arab yang tercantum dalam kurikulum. Tujuan umum ini antara lain:
a.    Pengajaran bahasa Arab sebagai tujuan, dimaksudkan untuk membina ahli bahasa Arab, yang meliputi bidang ilmu bahasa (linguistik), bidang pengajaran bahasa dan bidang sastra.
b.     Pengajaran bahasa Arab sebagai alat, dimaksudkan untuk memberikan kepada siswa kemahiran dalam bahasa Arab dalam aspek tertentu sebagai alat untuk keperluan tertentu pula. Misalnya; sebagai alat untuk komunikasi dalam pergaulan sehari-hari, sebagai alat untuk memahami buku-buku berbahasa Arab, sebagai alat pembantu keahlian lain (suplementary), sebagai alat pembantu teknik (vocational).
3)      Tujuan khusus (Intruksional)
Yang dimaksud tujuan khusus ialah tujuan untuk masing-masing langkah (step) pada setiap pokok bahasan pada hari dan jam tertentu. Tujuan khusus ini hendaknya cukup operasional dan spesifik sehingga dapat dijadikan dasar untuk menetapkan jenis tes yang akan digunakan untuk mengetahui sejauhmana tujuan-tujuan yang diinginkan dapat dicapai.
Seorang pengajar bahasa Arab yang baik, seyogyanya mengetahui dengan pasti tujuan yang hendak dicapai oleh pengajaran bahasa itu, mengetahui apa yang hendak diajarkan untuk mencapai tujuan itu, mengetahui bagaimana membawakannya di depan kelas, sehingga tujuan itu tercapai pada waktu yang telah ditentukan dalam kurikulum.
Adapun tujuan akhir dari pengajaran bahasa ialah agar siswa terampil berbahasa: terampil menyimak, berbicara, membaca dan menulis.[6]

C.      UREGENSI MPBA DALAM MENUNJANG PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Mahmud yunus pernah menulis sebuah ungkapan yang tidak asing bagi para aktivis pendidikan khususnya dibidang bahasa arab dalam kitabnya at-tarbiyah wa at-ta’lim (1942):
الطريقة اهمّ من المادة والاستاذ اهم من اطريقة“ metode lebih penting dari pada materi dan keberadaan guru lebih penting dari pada metode” . ungkapan tersebut dicetuskan sebagai tandingan dari anggapan dunia pendidikan dimasa lampau yang menganggap penguasaan materi sebagai faktor terbesar penentu keberhasilan pembelajaran, dalam artian jika seseorang telah menguasai suatu materi maka ia akan mudah mengajarkannya pada orang lain . akan tetapi dalam praktiknya seseorang yang menguasai ilmu tertentu sering kali menemukan batu sandungan dalam mengkomunikasikan ilmunya secara evektif .[7] begitu pula halnya dalam pembelajaran bahasa arab, metode ibarat sebuah strategi dalam peperangan, tanpa strategi maka kita tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Edward Anthony dalam ahmad fuad efendy mengatakan bahwa metode merupakan renacan menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Metode dianggap sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran  kepada peserta didik dan dianggap lebih signifikan dari aspek materi sendiri.
Melihat beberapa pemaparan tentang metode diatas, maka mengajarkan bahasa arab tidak hanya cukup dengan menguasai bahasa arab secara utuh lebih dari itu untuk mengajarakan bahasa arab pada orang lain (terlebih pada non arab) memerlukan langkah-langkah jitu untuk mengefektifkan dan menjalankan proses pengajarannya sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran bahasa arab, dan hal ini tidak akan dapat dilakukan oleh guru yang tidak memahami metode pengajaran bahasa arab. Jadi tanpa mengesampingkan pentingnya penguasaan bahasa arab, seorang guru bahasa arab dituntut untuk menguasai metode pengjaran bahasa arab sebagai usaha untuk menkomuniskasikan dan mengajar secara evektif dan evisien.

D.     TINGKATAN BELAJAR DAN PENGAJARAN BAHASA ARAB

Setiap manusia telah terlahir dengan membawa alat-alat berbahasa yang alamiah berupa indra pendengaran,penglihatan, dan lisan. Tingkatan pengajaran bahasa arab dapat dilihat dari du aspek yaitu aspek perkembangan anak dan aspek materi bahasa arab. Jika di nisbatkan pada tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhan  manusia maka pengajaran bahasa arab dapat di bagi dalam beberapa tingkatan yaitu :
1.       Mengajarkan, mendengarkan, dan bercakap sebelum menulis.

Mendengar dan berbicara terlebih dahulu daripada menulis. Prinsip ini berangkat dari asumsi bahwa pengajaran bahasa yang baik adalah pengajaran yang sesuai dengan perkembangan bahasa yang alami pada manusia2, yaitu setiap anak akan mengawali perkembangan bahasanya dari mendengar dan memperhatikan kemudian menirukan. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan mendengar/menyimak (fonetik ) harus lebih dulu dibina, kemudian kemampuan menirukan ucapan, lalu aspek lainnya seperti membaca dan menulis.

2.       Mengakarkan kalimat sebelum mengajarkan kata.
Setiap bahsa didunia memiliki 3 aspek penting yaitu aspek fonetik ( مخارج الحروف), morfologi (النحو والصرف ) dan sintaksis (تركيب الكلام). Setelah siswa mempelajari aspek morfologi maka untuk tahap selanjutnya siswa diajarkan tentang aspek morfologi bahsa arab yang minimal meliputi ilmu alat seperti nahwu dan sorrof, asumsi ini berdasarkan pada tahap perkembangan anak yang telah memasuki usia 3-5 tahun dimana dalam usia-usia ini mereka mulai menyusun kata-kata yang sebelumnya telah berhasil didengar dan ditirukan, ke dalam sebuah kalimat yang sederhana.
3.      Menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur Bahasa Arab.
Dalam tahap ini siswa yang sudah pandai mengakarkan kata dan menyusunnya dalam bentuk kalimat sederhana, mulai diarahakan dan diajarkan untuk mengaplikasikan bahsa arab yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dimulai dengan membiasaka siswa untuk menggunakan bahasa arab yang akrab dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-haisebelum mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur bahasa arab.
Jika di tinjau dari aspek jenis materi bahasa arab, maka pengajaran bahasa arab dapat di bagi dalam lima (5) tahapan, yaitu:
a.       dari jenis materi yang mudah kepada yang sulit;
b.      dari jenis materi yang sederhana kepada materi yang kompleks;
c.       dari materi yang jelas kepada materi yang samar;
d.      dari jenis materi yang konkrit kepada yang abstrak; dan
e.       dari jenis materi yang sering digunakan kepada materi yang yang jarang digunakan.

Jenis-jenis penahapan tersebut dalam pembelajaran memerlukan metode yang sesuai dengan karakter materi maupun kapasitas kemampuan peserta didik. Prinsip ini setidaknya akan dapat mengurangi munculnya kesenjangan pemahaman di kalangan peserta didik dengan pemahaman yang runtut, sistematis, peserta didik mudah dikondisikan untuk berpikir logis, sistemik, dan terarah untuk memperoleh suatu pengetahuan berbahasa yang komprehensif.


3.      KESIMPULAN
1.      Metode Pengajaran Bahasa Arab adalah cara-cara pelaksanaan yang akan dan harus di tempuh seorang guru dalam proses pengajaran/penyampaian materi bahasa arab  kepada peserta didik guna mendapatkan mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan hasil pembelajaran bahasa arab.
2.      Tujuan MPBA adalah untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan pembelajaran bahasa arab guna mencapai tujuan pembelajaran bahasa arab.
3.      Metodologi pengajaran bahasa arab merupakan hal yang niscaya dipelajari dan di kuasai ooleh para aktivis pendidikan dalam bidang bahasa arab karena ketidak pahaman terhadap metode pengajaran bahasa arab merupakan ketidak mampuan untuk menjadi pendidik bahasa arab yang profesional.


4.      DAFTAR PUSTA


[1] KBBI IV, 2008 59
[2] KBBI edisi IV , 2008 : 23
[3] مصطفى الغلاينى, جامع الدروس العربية .دارالفكر:بيروت2008 .ص: ۷
[4] Suryo subroto, proses pengajaran di sekolah .rineka cipta : bandung 1997. H :148

[5] http://belajarbarengfarrahquinn.blogspot.com/2011/05/pengajaran-bahasa-arab.html


[6] http://belajarbarengfarrahquinn.blogspot.com/2011/05/pengajaran-bahasa-arab.html


[7] Prof.chaidar al-wasilah. Metode Pembelajaran Bahasa Arab (pengantar).Remaja Rosda Karya:Bandung .h:viii

Tidak ada komentar: