Kamis, 28 Juni 2012

CONTOH PTK


CONTOH PENELITIAN TINDAK KELAS (PTK)
PENERAPAN METODE EVRY ONE IS A TEACHER HERE DALAM PEMBELAJARAN KITAB TA’LIMUL MUTA’ALIM DI KAMAR MADRASATUL QURAN NO 1 PON.PES SALAFIYAH SYAFI’IYAH SUKOREJO-SITUBONDO
OLEH:M.ANUGRAH ARIFIN



BAB I

A.     Latar Belakang Masalah
Perkembangan pemikiran putra-putra bangsa yang terkontaminasi dengan paham-paham sekuler yang mengusung semangat kebebasan berpikir, berkspresi dan bertindak yang di bungkus dengan dalil hak asasi manusia (HAM) telah menjadikan uregensi dan kesaklaran agama mulai terkikis. Fenomena kenakalan remaja yang saat ini menjadi masalah besar di tiap daerah yang ada di Indonesia merupakan indikasi nyata akan dekadensi moral dan keacuhan remaja terhadap pendidikan agama, terlebih dalam bidang akhlak.
Kesulitan-kesulitan dalam bidang belajar dan mengajar materi agama agama, khususnya yang berkaitan dengan akhlak dan adab juga telah merasuk sampai kelembaga-lembaga agama seperti pondok pesantren. Setidaknya hal ini terlihat dalam pengajaran Kitab ta’lim muta’alim yang merupakan salah satu kitab akhlak dan adab dalam menuntut ilmu yang diajarkan di hampir seluruh pondok pesantren salaf yang ada di Indonesia. Materi kitab ini yang bisa dikatakan kaku, penuh dengan nilai-nilai mistis yang sulit dirasionalkan di tambah lagi dengan penerapan metode qowaid wa tarjamah yang berat (untuk pelajar pemula ) dan menjadikan pelajaran terkesan  “ membosankan” menjadi faktor-faktor umum yang menyulitkan siswa untuk memahami materi kitab dalam pembelajaran di asrama MQ No 1 Pon.Pes Salafiyah syafi’iyah sukorejo, situbondo.
Berdasarkan observasi pada tanggal 4-5 april 2012, peneliti menemukan beberapa masalah dalam pembelajaran kitab ta’lim muta’alim di asrama MQ NO.1, yaitu :
a.       Dari awal pembelajaran siswa kurang perhatian
b.      Dalam menerjemah dan mengartikan kitab banyak siswa yang tidak memahami karena sebagian besar siswa belum memahami cara mendabit kitab.
c.       Ketika pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa tertidur.
d.      Pembelajaran membosankan.

Beberapa masalah diatas bersumber mengindikasikan ketidak aktifan siswa dalam pembelajaran yang disebabkan oleh metode pembelajaran, waktu pembelajaran (setelah solat subuh), dan materi serta cara guru menyampaikan pembelajaran. Metode evry one is ateacher here merupakan salah satu metode yang berbasis aktif learning sehingga penerapan metode ini kami asumsikan dapat menyelsaikan masalah-masalah dalam pembelajaran kitab ta’lim muta’alim di asrama MQ no 1. Berdasarkan permasalahan –permasalahan di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang penerapan metode evry one is a teacher here dalam pembelajaran kitab ta’lim muta’alim di asrama ma’hadul quran (MQ) no 1.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana efektivitas penerapan metode evry one is a teacher here untuk mengatasi masalah-masalah dalam pembelajaran kitab ta’lim muta’alim di asrama ma’hadul quran (MQ) no 1.
2.      Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung penerapan metode evry one is a teacher here dalam pembelajaran kitab ta’lim muta’alim di asrama ma’hadul quran (MQ) no 1.

C.     Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini kami mengharapkan manfaat yang besar bagi :
1.      Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan tentang problematika dalam pengajaran agama pada umumnya dan lebih khusus lagi dalam pembelajaran ta’limul muta’alim, sehingga dapat hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan tambahan dalam menerapkan metode metode evry one is a teacher here dalam pembelajaran kitab ta’lim muta’alim
2.      Siswa
Sebagai bahan acuan tambahan untuk belajar kitab ta’lim mut’alim secara aktif,efektif dan menyenangkan
3.      Lembaga
Sebagai refrensi/rujukan tambahan sekaligus bahan evaluasi guna meningkatkan mutu pembelajaran agama dan kitab-kitab kuning yang ada di lingkungan lembaga ma’hadul qur’an.
D.     Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Pada dasarnya, penelitian ini mencakup metode kajian dan pembelajaran kitab kuning, metode pembelajaran aktif, dan upaya-upaya meningkatkan kualitas pemebelajaran santri di asrama ma’hadul qur’an no 1. Akan tetapi karena dampak variabelitas waktu tindakan dan kesungguhan belajar siswa saat penelitian, maka kami membatasi penelitian ini dalam hal penerapan metode evry one is a teacher here dalam pembelajaran kitab ta’lim muta’alim di asrama ma’hadul quran (MQ) no 1.

E.      Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalahan presepsi dalam memahami judul penelitian, berikut kami jabarkan beberapa definisi istilah yang meliputi :
a.       Penerapan
Dalam kamus besar bahasa indonesia, kata terap berarti berukir, sedangkan penerapan berarti pemasangan,[1]         jadi       penerapan adalah menggunakan/memperaktekan suatu metode sehingga mencapai tujuan pembelajaran.


b.      Metode evry one is a teacher here
Metode everyone is a teacher here yaitu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa, dan dapat disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran pada berbagai mata pelajaran, khususnya mencapaian tujuan yaitu meliputi aspek : kemampuan mengemukakan pendapat, kemampuan menganalisa masalah, kemampuan menuliskan pendapat-pendapatnya (kelompoknya) setelah melakukan pengamatan, kemampuan menyimpulkan, dan lain-lain.[2]
c.       Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar yang bermakana usaha pengembangan diri yang akan menghasilkan informasi herbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Maka pembelajaran adalah rekayasa stimulus yang dirancang untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.[3]

d.      Kitab ta’limul muta’alim
Kitab ta’limul muta’alim adalah kitab yang membahas tentang adab-adab dan kiat-kiat belajar, serta tuntunan-tuntunan/langkah-langkah yang harus ditempuh seoramg pelajar agar mencapai kesuksesan (dunia ,akhirat) dalam menuntut ilmu.










BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.     Metode evry one is a teacher here
a.        Pengertian Metode evry one is a teacher here
Metode everyone is a teacher here yaitu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa, dan dapat disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran pada berbagai mata pelajaran, khususnya mencapaian tujuan yaitu meliputi aspek : kemampuan mengemukakan pendapat, kemampuan menganalisa masalah, kemampuan menuliskan pendapat-pendapatnya (kelompoknya) setelah melakukan pengamatan, kemampuan menyimpulkan, dan lain-lain.
b.      Prinsip Pokok Metode Every One is a Teacher Here
Dalam hal metode every one is a teacher here, dikemukakan oleh Asy Syaibany yang dikutip oleh Muhamad Nurdin (2004 : 111), menjelasakan bahwa:
terdapat tujuh prinsip pokok yang harus diterapkan oleh seorang guru dalam hal metode pengajaran, yaitu (1) mengetahui motivasi, kebutuhan, dan minat anak didiknya; (2) mengetahui tujuan pendidikan yang sudah diterapkan sebelum pelaksanaan pendidikan; (3) mengetahui tahap kematangan (maturity), perkembangan, serta perubahan anak didik; (4) mengetahui perbedaan-perbedaan individu anak didik; (5) memperhatikan pemahaman dan mengetahui hubungan-hubungan, dan kebebasan berfikir; (6) menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak didik; dan (7) menegakkan contoh yang baik (uswatun hasanah).
Penjelasan tersebut diperkuat dengan pendapat Muhaimin dan Mujib (1993 : 232), menyatakan bahwa : tujuan diadakannya metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar menjadi lebih baik berdaya guna dan menimbulkan kesadaran anak didik untuk mengamalkan ketentuan ajajaran agama (Islam) melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar anak didik secara
            mantap.

c.       Teknik penerapan metode evry one is a teacher here
Dalam menerapkan metode evry one is a teacher here, guru dapat mengembangakan teknik sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan kondisi kelas, diantara teknik penerapan metode evry one is a teacher here ialah :
1.      Guru memerintahkan masing-masing siswa untuk menulis pertanyaan yang berhubungan dengan materi pembahasan dalam selembar kertas.
2.      Guru mengumpulkan kertas-kertas yang berisi pertanyaan siswa dalam satu wadah.
3.      Kertas yang dikumpulkan tadi dibagikan kembali kepada siswa secara acak.
4.      Guru memberikan senjang waktu sekitar 5-10 menit bagi siswa untuk memikirkan jawaban dari masing-masing pertanyaan yang mereka dapatkan.
5.      Guru memerintahkan siswa maju satu persatu untuk menjelaskan/mempresentasikan jawaban dari pertanyaan yang mereka dapatkan.
6.      Guru memperkuat dan memperluas pembahasan materi pelajaran berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibahas oleh masing-masing siswa.

B.     Belajar dan Pembelajaran
Ust.jauhari menjelaskan bahwa pembelajaran itu terbatas pada pemberian pengetahuan kedalam akal dan penyampaian ilmu-ilmu kedalam fikiran, sedangkan pendidikan memilikki makna yang lebih luas dari pembelajaran, namun merupakan satu kesatuan. Karena sebuah pendidikan tidak akan menjadi baik dan sempurna kecuali dengan pembelajaran yang baik, dan sebuah pembelajaran tidak akan disebut pembelajaran yang baik kecuali berasaaskan pada pendidikan yang baik.[4]
Dr. Muliayati dan drs. mujdiyono (2006) mendefinisikan makna pembelajaran dengan terleih dahulu mendefinisikan makna belajar. Menurutnya belajar adalah usaha pengembangan diri yang akan menghasilkan informasi herbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif, adapun pembelajaran lebih ditekankan pada usaha pendidik untuk memberikan rekayasa stimulus untuk memaksimalkan hasil belajar, .[5]
Pendapat lain dikemukakan oleh prof. A. chaedar alwashilah, menurut beliau pembelajaran bukanlah hal yang dapat dicapai hanya dengan mengharapkan berkah tuhan, melainkan pembelajaran itu adalah usaha-usaha yang memerlukan kinerja cerdas dengan kepemimpinan dan keguruan yang nurturant dengan segala prosesnya sambil memperhatikan segi-segi penyesuaian budaya (cultural fit), atau nilai-nilai dimensi budaya yang dianut untuk meningkatkan kinerja civitas akademika suatu lembaga pendidikan. [6]

C.     Kitab ta’lim Muta’alim
Kitab ta’limul muta’alim adalah kitab yang di karang oleh syekh zarnuji yang membahas tentang adab-adab dan kiat-kiat belajar, serta tuntunan-tuntunan/langkah-langkah yang harus ditempuh seoramg pelajar agar mencapai kesuksesan (dunia ,akhirat) dalam menuntut ilmu.[7]


BAB III
METODE PENELITIAN
A.     Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis penelitian tindakan kelas. Pendekatan penelitian tersebut di gunakan untuk mendeskripsikan fenomena (masalah-masalah) yang terjadi dalam pembelajaran kitab ta’limul muta’alim di asrama ma’hadul qur’an no.1 sekaligus mencari pemecahan dan solusinya.
B.     Kehadiran dan peran peneliti di lapangan
Peneliti adalah guru yang mengajarkan kitab ta’limul muta’alim di asrama ma’hadul qur’an no 1 sehingga peneliti merasakan langsung masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran tersebut. Peneliti manjadi instrumen inti dalam penelitian dengan di bantu oleh beberapa obserfer dari luar (teman kelompok).
C.     Kancah penelitian
Penelitian ini di laksanakan di asrama ma’hadul quran (MQ) no 1 yang merupakan asrama cabang dari PON.PES Salafiyah Syafiiyah sukorejo Situbondo.
D.     Subjek penelitian
Yang menjadi subjek tindakan dalam penelitian ini adalah dua puluh lima (20) santri yang berasrama di kamar MQ no. 1. mayoritas santri di kamar MQ no 1 masih di jenjang MI (Madrasah Ibtidaiyah) untuk sekolah diniyah dan SMP untuk sekolah umum, kecuali dua orang (rizal dan muzayyin) siswa SMA Ibrahimy dan tiga orang mahasiswa IAII.
E.      Data dan sumber data
Yang menjadi sumber data aktif dalam penelitian ini adalah santri MQ no 1 dalam hal intraksi dan keterlibatan mereka baik dengan pengajar maupun antar siswa selama proses pembelajaran kitab ta’lim di kamar tersebut. Adapun sumber data non aktif ialah suasana, konteks dan lingkungan saat pembelajaran kitab ta’lim mutalim di kamar MQ no 1.

F.      Pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data tentang proses dan interaksi pembelajaran, peneliti melakukan observasi yang di bantu oleh beberapa observer, untuk mengumpulkan data tentang pandangan dan sikap siswa terhadap tindakan yang peneliti lakukan, peneliti mengunakan kuesioner dan untuk data hasil belajar, peneliti menggunakan tes.

G.     Analisis data, evaluasi dan refleksi
Analisis data yang data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model spradely dimana peneliti melakukan analisis data bersamaan dengan pengumpulan data dilapangan. Evaluasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menetapkan keefektifan atau keberhasilan pencapaian pada setiap siklus, dari hasil analisis dan evaluasi tadi, tim peneliti akan melakukan refleksi data guna menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya melakukan perbaikan dalam pembelajaran kitab ta’limmuta’alim di kamar MQ no 1.

H.     Prosedur penelitian
Dalam penelitian ini, tim peneliti membuat langkah-langkah penelitian yang meliputi :
a.        pembuatan skenario pembelajaran (RPP terlampir)
b.      Mempersiapkan sarana prasana yang mendukung penerapan tindakan (penerapan metode evry one is teacher here)
c.       Mempersiapkan instrumen penelitian
d.      Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan dan menguji keterlaksanaannya di lapangan.
           




BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A.     Paparan Data

PTK 1 (SIKLUS PERTAMA)

1.      Observasi
Berdasarkan observasi, peneliti/guru  menemukan beberapa masalah dan kekurangan dalam RPP I dan penerapannya untuk pembelajaran pertama di kamar MQ No. 1, masalah-masalah tersebut meliputi :
e.       Dari awal pembelajaran siswa kurang perhatian
f.        Dalam menerjemah dan mengartikan kitab banyak siswa yang tidak memahami karena sebagian besar siswa belum memahami cara mendabit kitab.
g.       Ketika pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa tertidur.
h.       Pembelajaran membosankan

2.      Planing
Berdasarkan  permasalahan-permasalahan di atas, peneliti/ guru merancang dan memodifikasi rencana pembelajaran dengan menambahkan metode evry one is teacher here, untuk diterapkan dalam pembelajaran berikutnya. RPP II terlampir

3.      Akting
Guru menerapkan dan melaksanakan perencaan pembelajaran yang telah di rancang untuk pembelajaran kedua di  kamar MQ no 1 pada hari Rabu 14 april 2012. Langkah-langkah pembelajaran inti ;
1.      Menerjemahkan materi tentang Kelebihan Ilmu Fiqih Dan Ilmu Hal Dalam Kitab Ta’lim Muta’alim

Jumat, 15 Juni 2012

PROPOSAL PENELITIAN


PROPOSAL SKRIPSI
PENERAPAN METODE AUDIOLINGUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK KELAS X DI MAN 1 MATARAM
TAHUN AJARAN 2011/2012

IAII
    Oleh :
M.ANUGRAH ARIFIN
NPM/NIMKO 2008.092.007/2008.4.009.0102.1.00402

INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY  SUKOREJO SITUBONDO
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB 




1.      LATAR BELAKANG MASALAH
Bahasa arab sebagai bahasa umat islam menduduki posisi penting, terutama di Indonesia. Hal ini bukan saja karena penduduk indonesia mayoritas memeluk agama islam yang secara otomatis menggunakan bahasa arab dalam ibadah solat, khutbah jumat, zikir dan lain sebagainya. Namun Lebih dari itu bahasa arab di gunakan sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran ilmu-ilmu keislaman di seluruh dunia (tidak terkecuali di indonesia), bahkan di indonesia terdapat banyak  kumpulan akademik atau lembaga-lembaga  pendidikan yang menjadikan bahasa arab sebagai bahasa sehari- hari baik dalam kegiatan pembelajaran maupun diluar kegiatan pembelajaran .
Melihat bagaimana pentingnya bahasa arab di dunia internasional dan di Indonesia, maka pemahaman terhadap karakteristik bahasa arab merupakan hal yang niscaya di kuasai oleh pengajar bahasa arab, karena pemahaman akan diskursus tersebut akan mempermudah pengajaran bahasa arab. Namun hendaknya dicermati lebih lanjut, bahwa karakteristik bahasa Arab tidaklah identik dengan kesulitannya, karena dengan memiliki pemahaman tentangnya,  setidaknya memamahami akan pentingnya bahasa arab sebagai media pemahaman agama dan kelebihan yang ada pada tubuh bahasa Arab, akan menjadi titik kemudahan bahkan motivasi yang akan sangat mendukung pembelajaran bahasa arab.
Untuk menunjang pemahaman bahasa arab tentu dibutuhkan sebuah pembelajaran bahasa. Kata pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang mendapat imbuhan pe-an, sedangkan “menurut witherington (1925), belajar merupakan perubahan dalam kepribadian ,yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang berbentuk keteraampilan, sikap,kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Pendapat yang hampir sama juga diungkapkan oleh clow dan hilgard, menurut crow belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru, sedangkan menurut higard (1962 h.252) belajar adalah suatu proses dimana suatu prilaku muncul atau berubah karena adanya resppons terhadap suatu situasi”[1]. sedangkan syekh mustofa al-gholayani dalam jami’ ad-durus al-‘arabiyah mendefinisikan bahasa adalah lafadh-lafadh yang di gunakan oleh suatu kaum (kumpulan masyarakat ) untuk menggambarkan maksudnya (berkomunikasi)[2]. Jadi pembelajaran bahasa adalah usaha membentuk pola-pola respon dari suatu rangsangan (berupa latihan dan pengalaman belajar) yang termanifestasikan dalam bentuk keterampilan berbahasa.
Dari pngertian di atas, dapat kita pahami bahwa keterampilan adalah salah satu output dari proses belajar, tidak terkecuali keterampilan berbahasa arab. Namun demikian, Ironi adalah ungkapan yang mungkin riskan untuk digunakan namun patut untuk dikedepankan untuk menggambarkan pembelajaran bahasa arab di Indonesia yang belum menuai hasil yang menggembirakan dan belum sejalan dengan konsep idealitas bahasa arab sebagai bahasa inti dalam agama dan pembelajaran islam yang tentu melahirkan sebuah hubungan kausal, masyarakat islam Indonesia seharusnya memahami atau minimal mengenal bahasa arab sebagai akibat dari identitas keislaman yang melekat pada masing-masing individu (personal identity).

Ketidak sesuaian metode dalam pembelajaran bahasa arab menjadi salah satu kendala yang menyebabkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam pembelajaran bahasa arab, karena “metode merupakan jalan yang di tempuh oleh guru untuk menyampaikan pelajaran pada murid”[3].

Ada berbagai macam metode dalam pembelajaran bahasa arab. penerapan metode-metode tersebut disesuaikan dengan pendekatan pendidikan yang dianut  dan tujuan pembelajaran bahasa yang ingin di capai oleh guru. Misalkan jika sebuah lembaga menganut paham pendidikan empirisme atau behaveorisme, dimana paham empirisme ini menegaskan bahwa “…perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu di tentukan oleh lingkungannya, atau oleh pendidikan dan pengalaman sejak kecil.[4] maka metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran bahasa arabnya adalah metode-metode yang melibatkan pengalaman siswa secara langsung, seperti metode muhaddatsah atau mubasyarah.

Adapun tujuan pembelajaran bahasa yang ingin di capai oleh guru dalam pembelajaran bahasa arab adalah agar siswa mampu berbahasa dan memiliki keterampilan berbahasa secara maksimal. Di antara keterampilan bahasa arab yang dimaksud adalah :
1.      keterampilan menyimak atau mendengar,
2.      keterampilan berbicara,
3.      keterampilan membaca,dan
4.      keterampilan menulis).

Dari sekian banyak metode tersebut, metode audiolingual adalah salah satu metode yang dapat diterapkan untuk para pelajar bahasa arab di madrasah-madrasah aliyah, dan sesuai dengan pendekatan pendidikan konvergensi serta sejalan dengan teori pendidikan ki hajar dewantara “tut wuri(mengikuti dari belakang) handayani (mendorong atau memotivasi )” yang umumnya dijadikan dasar dalam pemilihan metode pembelajaran di indonesia.[5] selain itu metode audiolingual juga sesuai dengan ragam gaya belajar siswa baik yang audio, fisual maupun kinestik karena metode ini menggabungkan antara bakat bawaan lahir siswa berupa pendengaran (audio), melihat/membaca teks (visual ) sekaligus melibatkan siswa dalam pengalaman berbahasa(kinestik)[6].

Metode ini telah diterapkan di MAN 1 Mataram. Namun melalui studi pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti pada tanggal 28 - 4 november 2011, peneliti menemukan bahwa siswa siswi di MAN 1 Mataram masih kurang mampu menyerap pembelajaran bahasa arab yang berimplikasi pada kurangnya kemampuan berbahasa arab secara aktif yang merupakan tujuan dari penggunaan metode audiolingual.

Dari uraian dan permasalahan di atas, penulis perlu sekali untuk mengadakan penelitian tentang Penerapan Metode audiolingual Dalam Pembelajaran Bahsa Arab Untuk Siswa Siswi Kelas X di MAN 1 Mataram Tahun Ajaran 2011/2012








2.      IDENTIFIKASI DAN PEMBATASAN MASALAH
a.       Identifikasi
Dalam pembelajaran bahasa arab terdapat metode yang beragam, namun yang perlu di pahami bahwa setiap metode itu diterapkan dalam rangka meningkatkan keterampilan siswa dalam empat keterampilan berbahasa arab yakni :
1        keterampilan menyimak atau mendengar,
2        keterampilan berbicara,
3        keterampilan membaca,dan
4        keterampilan menulis).[7]

Empat keterampilan tersebut merupakan tujuan akhir dari pembelajaran bahasa arab,jadi ketika menyelsaikan studi bahasanya, siswa diharapkan memiliki keterampilan yang maksimal dalam empat hal tersebut. Berikut ini beberapa metode yang dapat di terapkan  oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran bahasa arab :

1         Metode kaidah dan terjemah
2         Metode langsung
3         Metode audio lingual
4         Metode membaca
5        Metode gabungan
6        Silent way
7        Conseling learning metodh
8        Sugestopedia
9        Metode herbat


Dalam penerapan metode pembelajaran bahasa arab, masalah yang biasa muncul adalah ketidak sesuaian antara konsep sebuah metode dengan penerapannya ketika dikelas, ketidak sesuaian antara metode yang dipilih dengan kondisi siswa, lingkungan pembelajaran dan kelengkapan pembelajaran, dan minimnya tenaga guru pendidikan bahasa arab yang kompeten.

b.      Pembatasan Masalah
Dalam skripsi  akan di bahas masalah metode pembelajaran bahasa arab yang tentunya sangat luas dan membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Mengingat ketersediaan waktu yang tidak memadai, maka peneliti membatasi pada penerapan metode audio lingual dalam pembelajaran bahasa arab untuk siswa/siswi kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran 2011/2012.

3.      RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah penerapan metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran 2011/2012
2.      Apa saja faktor – faktor penghambat penerapan metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran 2011/2012
3.      Bagaimana langkah – langkah penyelsaian yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi faktor-faktor penghambat tersebut

4.      TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1.      Tujuan Penelitian
a.       Ingin mengetahui bagaimana penerapan metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran 2011/2012
b.      Ingin mengetahui faktor – faktor yang menghambat penerapan metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran 2011/2012
c.       Ingin mengetahui langkah – langkah apa saja yang telah di lakukan pihak sekolah untuk mengatasi faktor penghambat penerapan metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran 2011/2012

2.      Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan membawa manfaat yang cukup baik, terutama kepada :
a.       Peneliti
 Sebagai tambahan pengetahuan dalam rangka mempersiapkan diri untuk menunaikan tugas dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pendidikan bahasa arab.
b.      Guru
    Sebagai informasi tambahan tentang salah satu problematika dalam pengajaran bahasa arab, sehingga dapat dijadikan rujukan tambahan dalam menerapkan metode audiolingual untuk pembelajaran bahasa arab.
c.       Siswa 
Sebagai bahan  acuan tambahan dalam mempelajari bahasa arab sehingga dapat meningkatkan minat dan kemampuannya dalam berbahasa arab.


5.      KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU
Kajian penelitian terdahulu sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan skripsi ini, dan sekaligus sebagai bahan pendukung untuk pembentukan kerangka teoristis.dalam hal ini, fokus permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, sudah pernah di teliti oleh miladiyah rahmawati mahasiswa fakultas tarbiah UIN sunan kalijaga Yogyakarta yang berlokasai di TK-TPA Masjid at-tauhid demangan Yogyakarta, dengan judul “Metode Audiolingual Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Anak-Anak Usia Middle Childood (Studi Kasus Pembelajaran Bahasa Arab Di Tk-Tpa  Masjid At-Tauhid Demangan Yogyakarta)”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi kasus yang  bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses pembelajaran fonetik arab untuk anak-anak usia middle childood (6-12th) di TK-TPA masjid at-tauhid demangan kidul Yogyakarta,  dengan anĂ¡lisis data non statistik.

Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa secara teoristis anak-anak usia childood mempunyai potensi yang besar untuk belajar, termasuk belajar bahasa arab. Namun berdasarkan temuan di lapangan, nak-anak TK-TPA masjid at-tauhid demangan Yogyakarta mengalami beberapa kendala dalam belajar basa arab. Kendala-kendala tersebut antara lain : problematika fonologis dan tulisan, faktor stad/zah yang kurang terampil, problematika pengkondisian kelas. Beberapa solusi yang di ajuukan oleh peneliti tersebut untuk mengatasi masalah ini, di antaranya : melakukan pembelajaran bahasa arab dengan prinsip 3B (bermain,bernyanyi,dan bertepuk tangan), belajar dengan prinsip 3M (mendengarkan, menirukan, dan mengulangi.). menggunakan media audio visual serta melakukan pengkondisian kelas dengan sosok ustad/ah idaman.


Sedangkan skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus observasi dan analisa situasi yang terjadi dalam pembelajaran bahasa arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram, Jadi dalam skripsi ini, responden dan objek penelitiannya adalah siswa kelas X yang tentu saja sudah memasuki usia remaja awal dengan latar belakang bahasa arab yang berbeda-beda antar siswa yang satu (lulusan MTs) dengan siswa yang lainnya (lulusan SMP),yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dan bagaimana penerapan metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran 2011/2012, serta faktor pendukung dan penghambat penerapan metode audiolingual dan langkah-langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.


6.      KAJIAN TEORISTIS
A.    Metode Audiolingual
1.      Definisi Metode Audiolingual

Audio lingual berasal dari dua kata yang menjadi satu bagian  yakni audio dan lingual. Audio berarti hal mendengar, terdengar : suara/bunyiyang dapat didengar[8]. Lingual secara bahasa bermakna hal mengenai lidah, bahasa : kebahasaan[9]. Metode audiolingual adalah cara menyajikan pelajaran bahasa asing melalui latihan-latihan mendengarkan kemudian diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan kata-kata dan kalimat dalam bahasa asing yang sedang dipelajari. Jadi dalam metode ini menggunakan ear training (latihan mendengar) dan speak training (latihan berbicara)[10]

2.      Ciri – Ciri Pengajaran Metode Audiolingual

Sebagaimana nama metode ini, yaitu mendengarkan dan berbicara maka dalam aplikasinya, metode ini lebih menekankan pada dua aspek ini sebelum kedua aspek yang lain. Jika melihat konsep dasarnya, maka ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam penerapannya dan menjadi ciri khas tersendiri bagi metode ini, yaitu :
a.       Pelajar harus menyimak, kemudian berbicara, lalu membaca dan akhirnya menulis.
b.      Tata bahasa di sajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topik situasi sehari-hari.
c.       Latihan ( dril/at-tadribat) harus mengikuti operant-conditioning, dengan guru membacakan teks bahasa arab dan meberikan rangsangan kepada siswa untuk mengikuti bacaan dan mengembangkan teks yang di baca guru.
d.      Dalam latihan-latihan, pemberian hadiah lebih diutamakan daripada pemberian hukuman.
e.       Semua unsur bahasa harus disajikan dari yang mudah kepada yang sukar/ bertahap
f.       Guru harus menghindari kemungkinan-kemungkinan untuk memuat kesalahan siswa dalam memberi respon, sebab penguatan positif lebih efektif dari pada penguatan negatif .perinsip ini kata nababan (1993: 3) disebut “penghindaran kesalahan” (eror prevention/ tajannub al-khata’)[11]

3.      Sejarah Metode Audiolingual

Metode audiolingual (at-thoriqoh as-sam’iyah) mula-mula muncul di Amerika Serikat (AS).hal ini tidak terlepas dari situasi politik Negara itu yang terlibat perang dunia ke II. Pada saat itu , amerika menderita kekalahan perang. Selayaknya sebuah Negara yang kalah dalam peprangan, amerika pun perlu menggalang kekuatan baru. Maka untuk kepentingan penggalangan kekutan baru, amerika sangat membutuhkan personalia yang lancar berbahasa asing (yang nantinya akan ditetapkan di Negara prancis, belanda, cina, dan Negara- Negara jajahannya ) yang mampu bekerja sebagai penerjemah, asisten-asisten dalam adan penerjemahan dokumen-dokumen, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang membutuhkan komunikasi langsung dengan penduduk lokal.
 Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan adanya suatu program yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa asing personalia AS secara cepat. Sebagai tindak lanjutnya, pemerintah AS menugaskan beberapa universitas untuk membuat  dan merancang program pengajaran bahasa asing untuk personalia militer AS yang mempunyai kemampuan dasar bahasa yang diperlukan. Maka pada tahun 1942 didirikanlah sebuah lembaga yang diberi nama Akademik Specialized Training Program (ASTP)  yang bertujuan agar peserta program ini memiliki keterampilan bericara dalam beberapa bahasa asing.

Oleh karena pada waktu itu tujuan ini bukan hal yang lazim di AS, maka diperlukan sebuah pendekatan dan  metode pengajaran bahasa “yang lain dari yang lain” . maka berdasarkan penelitian dan percobaan ilmuan bahasa di AS lahirlah sebuah metode yang di kenal dengan army method yang pada masa – masa awal hanya digunakan untuk pembelajaran bahasa asing untuk personalia militer, namun selanjutnya di gunakan juga untuk umum. Metode ini pada dasarnya mengintensifkan periinsip-perinsip dalam direct method  atau metode langsung yang dikembangkan oleh Carles Berlitz di jerman menjelang abad ke- 19.  Metode ini mencoba menstimulasikan cara pelajar belajar bahasa asing secara langsung dan intensif dalam komunikasi, sehingga dengan metode ini pelajar dibiasakan untuk berpikir dan mengungkapkan pikiran dengan bahasa asing. Untuk mencapai tujuan itu maka penggunaan bahasa ibu dan bahasa kedua harus di hindari.

Namun melihat perkembangan akan kebutuhan penguasaan bahasa asing secara cepat, (sedangkan tidak semua pelajar mampu memahami, berpikir dan mengungkapkan pikiiran dalam bahasa asing tanpa melibatkan bahasa ibu atau bahasa kedua ) maka para pengajar bahasa asing memandang perlu menerapkan sebuah metode yang dipandang lebih berhasil. Maka pada tahun 1950 muncullah metode audio lingual yang sejak saat itu berkembang dan popular digunakan dalam pengajaran bahasa asing.[12]

4.      Asumsi Munculnya Metode Audiolingual

Al - khulli (1982 : 23-24) mengatakan dasar yang menjadi landasan terbentuknya metode audiolingual adalah adanya urutan keterampilan bahasa yang harus diajarkan yakni mendengarkan,berbicara,membaca, dan menulis. Konsep ini mengandung arti :
a.       Dasar berbahasa adalah percakapan, sedangkan tulisan adalah bagian dari percakapan .maka materi yang perlu diprioritaskan dalam pengajaran bahasa asing atau bahasa tujuan adalah memahami pembicaraan dan berbicara, setelah itu baru aspek lainnya yaitu membaca dan menulis.hal ini sejalan dengan aktivitas seorang anak dalam mempelajari bahasa ibu, yaitu mendengarkan dulu, kemudian meniru berbicara sebelum dilanjutkan kepada aktivitas belajar bahasa sebagai bacaan dan tulisan.
b.      Cara yang tepat untuk mengajarkan bahasa asing atau bahasa tujuan adalah dengan membentuk kebiasaan berbahasa.
c.       Materi yang harus dipelajari adalah bahasa asing atau bahasa tujuan itu sendiri, bukan materi mengenai bahasa. Artinya metode ini bertolak belakang dengan metode kaidah dan terjemah yaitu tidak memperhatikan aspek kaidah maupun terjemah kecuali dalam keadaan sangat terpaksa.
d.      Para ahli bahasa struktural menolak adanya pikiran tata bahasa semesta yang memandang adanya kaidah-kaidah bahasa secara keseluruhan.akan tetapi sebaliknya mereka memandang bahwa setiap bahasa di dunia memiliki kaedah masing-masing yang berbeda dengan yang lainnya. Para ahli metode ini memandang bahwa problematika terbesar dalam pengajaran bahasa adalah adanya perbedaan antara bahasa tujuan sebagai bahasa yang dipelajari dengan bahasa ibu dalam aspek suara, struktur, makna. Oleh sebab itu untuk memperoleh penguasaan yang baik adalah dengan cara pembiasaaan secara konsisten dengan jalan latihan.[13]

5.      Langkah-Langkah Penerepan Menggunakan Penggunaan Metode Audiolingual
Langkah-langkah penerapan metode audiolingual, salah satunya ialah sebagai berikut :
a.       Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan disajikan baik berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi, atau yang lainnya.
b.      Penyajian dialog/ bacaan pendek yang dibacakan oleh guru berulang kali, sedangkan pelajar menyimak tanpa melihat teksnya.
c.       Peniruan dan penghafalan dialog / bacaan pendek dengan teknik meniru setiap kalimat secara serentak dan menghafalkannya. Dalam pengajaran bahasa teknik ini dikenal dengan “peniruan-penghafalan” (mimicry-memorization/ uslub al-muhakakah wal-hifzi )
d.      Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog /bacaan yang  dianggap sulit karena terdapat struktur atau ungkapan-ungkapan yang sulit. Hal ini bisa dikembangkan dengan dril. Dengan teknik ini di latih struktur dan kosakata.
e.       Dramatisasi dari dialog/ bacaan yang sudah dipelajari di atas. pelajar yang sudah hafal disuruh mempergunakannya di muka kelas.
f.       Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat yang sudah dilatih.
g.      Penutupan (jika diperlukan) misalnya dengan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. Dalam hal ini pelajar diperintahkan untuk berlatih kembali dalam menggunakan pola-pola yang sudah dipelajarinya di sekolah.[14]

6.      Kekurangan Dan Kelebihan Metode Audio Lingual

Aspek kelebihannya antara lain :
a.       Para pelajar menjadi terampil dalam membuat pola-pola kalimat yang sudah di-drill.
b.      Para pelajar mempunyai lafal yang baik atau benar .
c.       Para pelajar tidak tinggal diam dalam dialog akan tetapi harus terus menerus memeri respon pada rangsangan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian maka siswa dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan bahasanya secara bertahap sesuai dengan rangsangan yang di berikan oleh guru dalam drill.
d.      Para pelajar akan mendapat pengalaman berbaha secara langsung dalam drill-drill yang di adakan dalam kelas, sehingga dapat memberikan modal awal bagi para siswa untuk mencoba, berkomunikasi dengan bahasa tujuan di luar kelas.

Aspek kelemahannya antara lain :

a.       Para pelajar cenderung meniru secara serentak/ individual seperti “membeo” , dan sering tidak mengetahui makna yang diucapkannya. Respon ini terlalu mekanistis.
b.      Para pelajar tidak diberi latihan dalam makna-makna selain dari kalimat yang dilatih berdasarkan konteks. Sebagai akibatnya mereka hanya menguasai satu makna atau arti dari sebuah kalimat, dan komunikasi hanya akan lancer apabila kalimat-kalimat yang digunakan di ambil dari kalimat-kalimat yang sudah dilatih di dalam kelas.
c.       Sebetulnya para pelajar tidak berperan aktif, tapi hanya memberikan respon dari rangsangan yang diberikan oleh guru. Jadi, gurulah yang menentukan semua latihan dan materi pelajran di kelas. Dengan kata lain penguasaan dalam kelas “dikuasai sepenuhnya oleh guru”
d.      Metode ini berpendirian bahwa jika pada tahap-tahap awal pelajar tidak/ belum mengerti makna dari kalimat-kalimat yang ditirunya, tidak dianggap sebagai hal yang meresahkan . selanjutnya dengan menyimak dengan baik apa yang dikatakan oleh guru, member respon dengan benar dan menunaikan semua tugas tanpa kesalahan, pelajar sudah dianggap belajar bahasa tujuan dengan benar. Anggapan ini membuat siswa melakukan suatu aktifitas yang “mubazir”, karena meniru tanpa makna tidak akan mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa dalam konteks yang wajar (di luar kelas), kecuali siswa berada dalam kondisi dan situasi yang sama ketika seperti latihan di kelas. Oleh karena itu diperlukan bimbingan yang intensif dalam mencapai kemampuan komunikasi ini.[15]

B.     Pembelajaran Bahasa Arab
1.      Pengertian Pembelajaran
Dr. Muliayati dan drs. mujdiyono (2006) mendefinisikan makna pembelajaran dengan terlebih dahulu mendefinisikan makna belajar. Menurutnya belajar adalah usaha pengembangan diri yang akan menghasilkan informasi herbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif, adapun pembelajaran lebih ditekankan pada usaha pendidik untuk memberikan rekayasa stimulus untuk memaksimalkan hasil belajar .[16] jadi pembelajaran adalah usaha yang melibatkan semua kompenen pendidikan untuk memaksimalkan hasil belajar siswa yang berdampak pada peningkatan kreativitas dan produktivitas siwa serta meningkatnya kinerja civitas sebuah lembaga pendidikan.

2.      Pengertian Bahasa Arab
Bahasa arab adalah kalimat-kalimat yang digunakan orang arab untuk mengungkapkan maksud/pemikiran mereka dan telah sampai kepada kita melalui jalan penukilan, dimana keaslian dan keindahan bahasanya terjaga dalam al-quran dan hadis nabi yang mulia serta kebudayaan bangsa arab.[17]
Dengan demikian Pembelajaran bahasa arab adalah usaha yang melibatkan semua kompenen pendidikan untuk memaksimalkan hasil belajar bahasa arab siswa yang berdampak pada peningkatan kreativitas, produktivitas dan keterampilan berbahasa arab siswa.
3.      Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas, pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dan siswa. Namun perbedaan pandangan para ahli tentang definisi belajar, berpengaruh pada beragamnya deskripsi belajar yang di tampilkan oleh para ahli, walaupun pada dasarnya mereka sepakat bahwa belajar merupakan prilaku individu, namun dalam prosesnya, banyak hal-hal yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar.

4.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Mengajar Bahasa Arab
Seperti proses belajar mengajar pada umumnya, belajar mengajar bahasa arab pun memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaranya (belajar-mengajar). Diantara faktor-faktor tersebut tentu ada yang memberi pengaruh positif terhadap belajar mengajar bahasa, ada  pula yang memberikan pengaruh negatif.aspek- aspek tersebut meliputi aspek motivasi, aspek usia, aspek penyajian formal, aspek bahasa pertama, dan aspek lingkungan.

7.      METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan Penelitian.
Metode Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang yang alamiah (kebalikan dari eksperimen) dimana peneliti berfungsi sebagai instrument kunci.[18] Metode penelitian kualitatif dibagi menjadi beberapa bagaian, yaitu jenis penelitian fenĂ³menologi, etnnhografi, studi kasus.
Studi kasus adalah jenis penelitian kualitatif yang menguji secara terperinci terhadap satu latar, orang, dokumen atau sebuah pristiwa.[19]
Jadi dalam penelitian ini peneliti akan terjun langsung kelapangan dan peneliti sendiri yang akan menyusun instrument, mengumpulkan data serta melakukan analisis data jadi peneliti menjadi instrumen inti dalam meneliti Penerapan Metode audiolingual Dalam Pembelajaran Bahsa Arab Untuk Siswa Siswi Kelas X di MAN 1 Mataram Tahun Ajaran 2011/2012.
Karena penelitian ini berangkat dari ketertarikan peneliti untuk  memahami makna-makna dibalik kasus pembelajaran bahasa arab yang terjadi di MAN 1 Mataram, dimana terjadi disefek antara metode yang digunakan dengan output (produk) keterampilan berbahasa yang dimiliki siswa/siswi MAN 1 Mataram, maka dalam skripsi ini peneliti menggunakan pendekatan Penelitian Kualitatif  Jenis Studi Kasus.

B.     Teknik Pengumpulan Data
Melihat dari lingkup penelitian yang diangkat dalam skripsi ini, yang membahas tentang penerapan metode pembelajaran bahasa arab, yang tentu akan melibatkan banyak pihak. maka untuk mendapatkan data yang lebih akurat, peneliti memilih untuk menggunakan teknik triangulasi yang merupakan gabungan dari teknik interview, dokumentasi dan observasi. Adapun hal-hal yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah :
a.       Sumber Data hidup
1.      Guru bahasa arab di MAN 1 Mataram yang merupakan narasumber ahli karena mengetahu seluk-beluk serta kondisi pembelajaran arab di MAN 1 Mataram.
2.      Siswa kelas X di MAN 1 Mataram karena mereka adalah obyek penerapan metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab di MAN 1 Mataram.
3.      Kepala sekolah dan guru-guru sebagai sumber data pembanding antara data yang peneliti peroleh dari dua sumber di atas.

b.        Sumber data tak hidup
1.      Dokumen-dokumen sekolah yang berkaitan dengan masalah yang di teliti
2.      Sekolah dan ruang kelas serta suasana ketika berlangsungnya pembelajaran bahasa arab sebagai obyek observasi.

C.     Teknik Analisa Data
Karena skripsi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, peneliti menggunakan teknik analisis data model Spradley (1980) yakni peneliti lebih banyak melakukan analisis data bersamaan dengan pengumpulan data di lapangan dengan analisis domain, analisis taksonomi, analisis kompensional dan kemudian dilanjutkan dengan analisis tema.

D.    Rencana Uji Keabsahan Data
Dalam sebuah penelitian uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data (validitas internal), uji depenabilitas (reliabilitas) data, uji transferabilitas (validitas eksternal/ generalisasi) dan uji konfirmabilitas (obyektivitas). Namun yang paling utama di uji adalah kredibilitas data. Dalam skripsi ini uji kredibilitas data akan dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, membercheck, dan anĂ¡lisis kasus negatif.

E.     Tahap – Tahap Penelitian
Tahapan dalam penelitian dalam skripsi ini meliputi :
  1. Tahap memasuki lapangan dengan grand tour dan miniatur question,
  2. menentukan fokus
  3.  tahap selection dengan menggunakan pertanyaan struktural, dan
  4.  tahap anĂ¡lisis tema atau “discovering cultural yang sesungguhnya merupakan upaya mencari benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada.”[20]

8.      SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Dalam skripsi ini penulis menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut ;
BAB I :
Meliputi : Latar belakang, Penegasan judul, Identifikasi masalah, Perumusan, masalah,Tujuan dan kegunaan penelitian, Kajian penelitian terdahulu,Sistematika pembahasan.
BAB II : Kajian teoristis ,
Meliputi :
A. Metode audiolingual: Definisi metode audiolingual, Sejarah metode audiolingual, Asumsi munculnya metode audiolingualCiri – ciri pengajaran metode audiolingual,Langkah-langkah penerepan menggunakan metode audiolingual. B.Pembelajaran bahasa arab : Pengertian pembelajaran bahasa arab, Proses belajar mengajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar mengajar.

BAB III :  Metode penelitian,
Meliputi :Pendekatan Penelitian,Metode pengumpulan data,Teknik analisa data, Pengecekan keabsahan data, Tahap – tahap penelitian.

BAB IV: Pemaparan data dan pembahasan
Meliputi : Gambaran umum obyek penelitian,Latar belakang berdirinya MAN 1 Mataram,Deskripsi data dan pemaparan data.
BAB V : Penutup
Meliputi : Kesimpulan, Saran-saran,Penutup.



DAFTAR PUSTAKA
 Acep hermawan,Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. PT REMAJA RODA KARYA :Bandung,2011.
  Ansor Muhtad A.   Metode-Metode Dalam Pengajaran Bahasa Arab. STAIN TULUNGAGUNG.2008
  Al-Gholayani Mushtof Prof.Dr. Jami´ Ad-Durus, 1, dar al-afkar:,beyrhout, 2008
  Dasuki Hafis ,Ensiklopedi Islam, jilid I,PT.Bawvan Itvevc:Jakarta 2009
Depag RI,al-qur’an dan terjemahannya
   Faisal Sanapiah,Penelitian Kualitatif Dasar Dan Aplikasi : YA3 :Malang, 1990
   Makruf Imam, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif. NEDDS PERS : SEMARANG 2009
   Miyati .dr. dan mudjiono drs., Belajar Dan Pembelajaran.rineka cipta : Jakarta, 2006 h.11 
   Mahmud bakar Abu. Metode khusus pengajaran bahasa arab.usaha nasional, Surabaya. 1981
   Partanto Pius A. & Al-Barri  Dahlan M, Kamus Ilmiah Popular. ARKOLA ;Surabaya,1994.
  Purwanto Ngalim,Ilmu Pendidikan Teoristis Dan Praktis.PT.Remaja Rosda Karya: Bandung,cet 2:2000
  Sukmadinata Syaodih Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,1, PT REMAJA ROSDA KARYA Bandung 2003
  Sugiyono prof. Memahami Penelitian Kualitatif.ALFABETA : Bandung. 2005
  Sugiyono,prof. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif Dan R & D.ALFABETA; Bandung 2010






9.      LAMPIRAN `-  LAMPIRAN
A.    Jadwal penelitian
No
Kegiatan
Bulan ke :
1
2
3
4
5
6
1
Penyusunan proposal





2
Seminar proposal





3
Memasuki lapangan,grand tour dan miniatour question, anĂ¡lisis domain





4
Menentukan fokus
Miniatur quetion. analisis taksonomi




5
Tahap selection,struktural question,anĂ¡lisis kompensional




6
Menentukan tema, anĂ¡lisis tema




7
Uji keabsahan data





8
Membuat draf laporan penelitian





9
Bimbingan laporan penelitian




10
Penyempurnaan laporan












B.     Biodata peneliti
  Nama                                     : M.Anugrah Arifin
  Alamat                                  : Ampenan - Lombok Barat
  Tempat, tanggal lahir            : Mataram, 03 Maret 1990
  Nim/ nimko                           : 2008.092.007/2008.4.009.0102.1.00402
  Fakultas/ jurusan                   : Tarbiah/ PBA  Institut Agama Islam Ibrahimiy (IAII) Sukorejo - Situbondo

               







LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Skripsi Oleh :

Nama                  : M.Anugrah Arifin
NPM/ NIMKO      : 2008.092.007/2008.4.009.0102.1.00402
Judul                   :  Penerapan Metode Audiolingual Dalam Pembelajaran   Bahasa Arab Untuk Kelas X Di MAN 1 Mataram Tahun Ajaran 2011/2012
Ini telah ditelaah dan disetujui oleh :

Sukorejo, 15 januari 2012
   Ketua Jurusan                                                           Dekan Fakultas Tarbiyah

Dr.Moh.Tohir M.Pd.                                                   Dr.Taufiqurrahman M.Pd.I.


[1] Nana syaodih sukmadinata. landasan psikologi proses pendidikan,1, PT REMAJA ROSDA KARYA, Bandung 2003, hlm 155-156
2.Mushtofa al-gholayani, jami´ ad-durus, 1, dar al-afkar, beyrhout, 2008, hlm 7
[3] Abu bakar Mahmud. Metode khusus pengajaran bahasa arab.usaha nasional, Surabaya. 1981 hlm. 08
[4] M.ngalim purwanto. Ilmu pendidikan teoristis dan praktis,2, remaja rosda karya, Bandung. 2000,hlm 59
[5] M.ngalim purwanto.op.ct hlm 60,62
[6]  A . muhtadi ansor metode-metode dalam pengajaran bahasa arab. STAIN TULUNGAGUNG.hlm 135
[7] Imam makruf, strategi pembelajaran bahasa arab aktif. NEDDS PERS : SEMARANG 2009 h.18
[8] Pius A. partanto &M. dahlan al-barri, kamus ilmiah popular. ARKOLA ;Surabaya,1994. H: 56
[9] Pius A. partanto &M. dahlan al-barri, kamus ilmiah popular,op.cit.h:419
[10] Yusuf,tayar dan syaiful anwar metodologi pengajaran agama dan bahasa arab.raja grafindo : jakarta,1997.hlm
[11] Acep hermawan,metodologipembelajaran bahasa arab.PT REMAJA RODA KARYA :Bandung,2011.h.188-189
[12] Acep hermawan,metodologi pembelajaran bahasa arab.op.cit.h.184-185
[13] Acep hermawan,meetodologi pembelajaran bahasa arab.op.cit.h.187
[14] ibid.h 190
[15] ibid.h:191
[16] Miyati dan mudjiono, belajar dan pembelajaran.op.cit.h.11
[17]Mushtofa al-gholayani, jami´ ad-durus,op.cit.h:7
[18] Sugiyono, metode penelitian kuantitatif,kualitatif dan R & D.ALFABETA; Bandung 2010 ,h.9
[19] Faisal sanapiah,penelitian kualitatif dasar dan aplikasi : YA3 :Malang, 1990.h.27

[20] Berdasarkan tahapan penelitian kulitatif yang di gambarkan oleh :Sanapiah faisal op.cit.h:164