terlalu banyak waktu yang kita lalui hanya untuk perkara remeh
terlalu banyak usia yang kita buang hanya untuk meratapi yang tak berarti
terlalu banyak asa yang sia-sia untuk penghkianat rakyat
terlalu banyak airmata yang tumpah banjiri ibu pertiwi
terlalu banyak darah
terlalu banyak derita
terlalu sering menjerti
terlalu sering meronta
terlalu sering memelas
terlalu sering memohon
terlalu...dan terlalu sering ...
kering sudah darah yang basah
habis sudah suara yang lantang
menyerukan kebenaran di anggap kolot
menumpas kebathilan di anggap radikal
bersorban dianggap teroris
berjanggut di anggap penyamun
indonesiaaaa...ooooh indonesia.....
kini kau dibelenggu segelintir orang yang tertawa sementara kami menderita
PENERAPAN
METODE EVRY ONE IS A TEACHER HERE DALAM PEMBELAJARAN KITAB TA’LIMUL MUTA’ALIM
DI KAMAR MADRASATUL QURAN NO 1 PON.PES SALAFIYAH SYAFI’IYAH SUKOREJO-SITUBONDO
OLEH:M.ANUGRAH
ARIFIN
BAB I
A.Latar
Belakang Masalah
Perkembangan
pemikiran putra-putra bangsa yang terkontaminasi dengan paham-paham sekuler
yang mengusung semangat kebebasan berpikir, berkspresi dan bertindak yang di
bungkus dengan dalil hak asasi manusia (HAM) telah menjadikan uregensi dan
kesaklaran agama mulai terkikis. Fenomena kenakalan remaja yang saat ini
menjadi masalah besar di tiap daerah yang ada di Indonesia merupakan indikasi nyata
akan dekadensi moral dan keacuhan remaja terhadap pendidikan agama, terlebih
dalam bidang akhlak.
Kesulitan-kesulitan
dalam bidang belajar dan mengajar materi agama agama, khususnya yang berkaitan
dengan akhlak dan adab juga telah merasuk sampai kelembaga-lembaga agama
seperti pondok pesantren. Setidaknya hal ini terlihat dalam pengajaran Kitab
ta’lim muta’alim yang merupakan salah satu kitab akhlak dan adab dalam menuntut
ilmu yang diajarkan di hampir seluruh pondok pesantren salaf yang ada di Indonesia.
Materi kitab ini yang bisa dikatakan kaku, penuh dengan nilai-nilai mistis yang
sulit dirasionalkan di tambah lagi dengan penerapan metode qowaid wa tarjamah
yang berat (untuk pelajar pemula ) dan menjadikan pelajaran terkesan“ membosankan” menjadi faktor-faktor umum
yang menyulitkan siswa untuk memahami materi kitab dalam pembelajaran di asrama
MQ No 1 Pon.Pes Salafiyah syafi’iyah sukorejo, situbondo.
Berdasarkan
observasi pada tanggal 4-5 april 2012, peneliti menemukan beberapa masalah
dalam pembelajaran kitab ta’lim muta’alim di asrama MQ NO.1, yaitu :
a.Dari
awal pembelajaran siswa kurang perhatian
b.Dalam
menerjemah dan mengartikan kitab banyak siswa yang tidak memahami karena
sebagian besar siswa belum memahami cara mendabit kitab.
c.Ketika
pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa tertidur.
d.Pembelajaran
membosankan.
Beberapa
masalah diatas bersumber mengindikasikan ketidak aktifan siswa dalam
pembelajaran yang disebabkan oleh metode pembelajaran, waktu pembelajaran
(setelah solat subuh), dan materi serta cara guru menyampaikan pembelajaran.
Metode evry one is ateacher here merupakan salah satu metode yang berbasis
aktif learning sehingga penerapan metode ini kami asumsikan dapat menyelsaikan
masalah-masalah dalam pembelajaran kitab ta’lim muta’alim di asrama MQ no 1. Berdasarkan
permasalahan –permasalahan di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian
tentang penerapan metode evry one is a teacher here dalam pembelajaran kitab
ta’lim muta’alim di asrama ma’hadul quran (MQ) no 1.
B.Rumusan
Masalah
1.Bagaimana
efektivitas penerapan metode evry one is a teacher here untuk mengatasi
masalah-masalah dalam pembelajaran kitab ta’lim muta’alim di asrama ma’hadul
quran (MQ) no 1.
2.Faktor-faktor
apa saja yang menghambat dan mendukung penerapan metode evry one is a teacher
here dalam pembelajaran kitab ta’lim muta’alim di asrama ma’hadul quran (MQ) no
1.
C.Manfaat
Penelitian
Dari
hasil penelitian ini kami mengharapkan manfaat yang besar bagi :
1.Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan tentang problematika
dalam pengajaran agama pada umumnya dan lebih khusus lagi dalam pembelajaran
ta’limul muta’alim, sehingga dapat hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan
tambahan dalam menerapkan metode metode evry one is a teacher
here dalam pembelajaran kitab ta’lim muta’alim
2.Siswa
Sebagai bahan acuan tambahan untuk belajar
kitab ta’lim mut’alim secara aktif,efektif dan menyenangkan
3.Lembaga
Sebagai refrensi/rujukan tambahan sekaligus
bahan evaluasi guna meningkatkan mutu pembelajaran agama dan kitab-kitab kuning
yang ada di lingkungan lembaga ma’hadul qur’an.
D.Ruang
Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Pada dasarnya,
penelitian ini mencakup metode kajian dan pembelajaran kitab kuning, metode
pembelajaran aktif, dan upaya-upaya meningkatkan kualitas pemebelajaran santri
di asrama ma’hadul qur’an no 1. Akan tetapi karena dampak variabelitas waktu
tindakan dan kesungguhan belajar siswa saat penelitian, maka kami membatasi
penelitian ini dalam hal penerapan metode evry one is a teacher here dalam
pembelajaran kitab ta’lim muta’alim di asrama ma’hadul quran (MQ) no 1.
E.Definisi
Istilah
Untuk
menghindari kesalahan presepsi dalam memahami judul penelitian, berikut kami
jabarkan beberapa definisi istilah yang meliputi :
a.Penerapan
Dalam kamus besar bahasa indonesia, kata terap berarti berukir,
sedangkan penerapanberarti pemasangan,[1]jadipenerapan
adalah menggunakan/memperaktekan suatu metode sehingga mencapai tujuan
pembelajaran.
b.Metode
evry one is a teacher here
Metode everyone is a teacher here yaitu metode yang dapat
digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa, dan dapat disesuaikan
dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran pada berbagai mata
pelajaran, khususnya mencapaian tujuan yaitu meliputi aspek : kemampuan
mengemukakan pendapat, kemampuan menganalisa masalah, kemampuan menuliskan
pendapat-pendapatnya (kelompoknya) setelah melakukan pengamatan, kemampuan
menyimpulkan, dan lain-lain.[2]
c.Pembelajaran
Pembelajaran
berasal dari kata belajar yang bermakana usaha pengembangan diri yang akan
menghasilkan informasi herbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik,
sikap dan siasat kognitif. Maka pembelajaran adalah rekayasa stimulus
yang dirancang untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.[3]
d.Kitab
ta’limul muta’alim
Kitab ta’limul muta’alim adalah kitab yang
membahas tentang adab-adab dan kiat-kiat belajar, serta
tuntunan-tuntunan/langkah-langkah yang harus ditempuh seoramg pelajar agar
mencapai kesuksesan (dunia ,akhirat) dalam menuntut ilmu.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.Metode
evry one is a teacher here
a.Pengertian Metode evry one is a teacher here
Metode everyone is a teacher here yaitu metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan proses pembelajaran siswa, dan dapat disesuaikan dengan tujuan
yang ingin dicapai oleh pembelajaran pada berbagai mata pelajaran, khususnya
mencapaian tujuan yaitu meliputi aspek : kemampuan mengemukakan pendapat,
kemampuan menganalisa masalah, kemampuan menuliskan pendapat-pendapatnya
(kelompoknya) setelah melakukan pengamatan, kemampuan menyimpulkan, dan
lain-lain.
b.Prinsip Pokok
Metode Every One is a Teacher Here
Dalam hal metode every
one is a teacher here, dikemukakan oleh Asy Syaibany yang dikutip oleh Muhamad
Nurdin (2004 : 111), menjelasakan bahwa:
terdapat tujuh prinsip pokok yang harus diterapkan oleh seorang guru dalam hal
metode pengajaran, yaitu (1) mengetahui motivasi, kebutuhan, dan minat anak
didiknya; (2) mengetahui tujuan pendidikan yang sudah diterapkan sebelum
pelaksanaan pendidikan; (3) mengetahui tahap kematangan (maturity),
perkembangan, serta perubahan anak didik; (4) mengetahui perbedaan-perbedaan
individu anak didik; (5) memperhatikan pemahaman dan mengetahui
hubungan-hubungan, dan kebebasan berfikir; (6) menjadikan proses pendidikan
sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak didik; dan (7) menegakkan
contoh yang baik (uswatun hasanah).
Penjelasan tersebut diperkuat dengan pendapat Muhaimin dan Mujib (1993 : 232),
menyatakan bahwa : tujuan diadakannya metode adalah menjadikan proses dan hasil
belajar mengajar menjadi lebih baik berdaya guna dan menimbulkan kesadaran anak
didik untuk mengamalkan ketentuan ajajaran agama (Islam) melalui teknik
motivasi yang menimbulkan gairah belajar anak didik secaramantap.
c.Teknik
penerapan metode evry one is a teacher here
Dalam menerapkan metode evry one is a
teacher here, guru dapat mengembangakan teknik sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa dan kondisi kelas, diantara teknik penerapan metode evry one is a teacher
here ialah :
1.Guru
memerintahkan masing-masing siswa untuk menulis pertanyaan yang berhubungan
dengan materi pembahasan dalam selembar kertas.
2.Guru
mengumpulkan kertas-kertas yang berisi pertanyaan siswa dalam satu wadah.
3.Kertas
yang dikumpulkan tadi dibagikan kembali kepada siswa secara acak.
4.Guru
memberikan senjang waktu sekitar 5-10 menit bagi siswa untuk memikirkan jawaban
dari masing-masing pertanyaan yang mereka dapatkan.
5.Guru
memerintahkan siswa maju satu persatu untuk menjelaskan/mempresentasikan
jawaban dari pertanyaan yang mereka dapatkan.
6.Guru
memperkuat dan memperluas pembahasan materi pelajaran berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan yang telah dibahas oleh masing-masing siswa.
B.Belajar
dan Pembelajaran
Ust.jauhari menjelaskan bahwa pembelajaran itu terbatas pada pemberian
pengetahuan kedalam akal dan penyampaian ilmu-ilmu kedalam fikiran, sedangkan
pendidikan memilikki makna yang lebih luas dari pembelajaran, namun merupakan
satu kesatuan. Karena sebuah pendidikan tidak akan menjadi baik dan sempurna
kecuali dengan pembelajaran yang baik, dan sebuah pembelajaran tidak akan
disebut pembelajaran yang baik kecuali berasaaskan pada pendidikan yang baik.[4]
Dr. Muliayati dan drs.
mujdiyono (2006) mendefinisikan makna pembelajaran dengan terleih dahulu
mendefinisikan makna belajar. Menurutnya belajar adalah usaha pengembangan diri
yang akan menghasilkan informasi
herbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif,
adapun pembelajaran lebih ditekankan pada usaha pendidik untuk memberikan
rekayasa stimulus untuk memaksimalkan hasil belajar, .[5]
Pendapat lain dikemukakan
oleh prof. A. chaedar alwashilah, menurut beliau pembelajaran bukanlah hal yang
dapat dicapai hanya dengan mengharapkan berkah tuhan, melainkan pembelajaran
itu adalah usaha-usaha yang memerlukan kinerja cerdas dengan kepemimpinan dan
keguruan yang nurturant dengan segala prosesnya sambil memperhatikan segi-segi
penyesuaian budaya (cultural fit), atau nilai-nilai dimensi budaya yang dianut
untuk meningkatkan kinerja civitas akademika suatu lembaga pendidikan. [6]
C.Kitab
ta’lim Muta’alim
Kitab
ta’limul muta’alim adalah kitab yang di karang oleh syekh zarnuji yang membahas
tentang adab-adab dan kiat-kiat belajar, serta
tuntunan-tuntunan/langkah-langkah yang harus ditempuh seoramg pelajar agar
mencapai kesuksesan (dunia ,akhirat) dalam menuntut ilmu.[7]
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.Pendekatan
penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis penelitian tindakan kelas.
Pendekatan penelitian tersebut di gunakan untuk mendeskripsikan fenomena
(masalah-masalah) yang terjadi dalam pembelajaran kitab ta’limul muta’alim di
asrama ma’hadul qur’an no.1 sekaligus mencari pemecahan dan solusinya.
B.Kehadiran
dan peran peneliti di lapangan
Peneliti
adalah guru yang mengajarkan kitab ta’limul muta’alim di asrama ma’hadul qur’an
no 1 sehingga peneliti merasakan langsung masalah-masalah yang terjadi dalam
pembelajaran tersebut. Peneliti manjadi instrumen inti dalam penelitian dengan
di bantu oleh beberapa obserfer dari luar (teman kelompok).
C.Kancah
penelitian
Penelitian
ini di laksanakan di asrama ma’hadul quran (MQ) no 1 yang merupakan asrama
cabang dari PON.PES Salafiyah Syafiiyah sukorejo Situbondo.
D.Subjek
penelitian
Yang
menjadi subjek tindakan dalam penelitian ini adalah dua puluh lima (20) santri yang berasrama di kamar MQ
no. 1. mayoritas santri di kamar MQ no 1 masih di jenjang MI (Madrasah
Ibtidaiyah) untuk sekolah diniyah dan SMP untuk sekolah umum, kecuali dua orang
(rizal dan muzayyin) siswa SMA Ibrahimy dan tiga orang mahasiswa IAII.
E.Data
dan sumber data
Yang
menjadi sumber data aktif dalam penelitian ini adalah santri MQ no 1 dalam hal
intraksi dan keterlibatan mereka baik dengan pengajar maupun antar siswa selama
proses pembelajaran kitab ta’lim di kamar tersebut. Adapun sumber data non
aktif ialah suasana, konteks dan lingkungan saat pembelajaran kitab ta’lim
mutalim di kamar MQ no 1.
F.Pengumpulan
data
Untuk
mengumpulkan data tentang proses dan interaksi pembelajaran, peneliti melakukan
observasi yang di bantu oleh beberapa observer, untuk mengumpulkan data tentang
pandangan dan sikap siswa terhadap tindakan yang peneliti lakukan, peneliti
mengunakan kuesioner dan untuk data hasil belajar, peneliti menggunakan tes.
G.Analisis
data, evaluasi dan refleksi
Analisis
data yang data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model
spradely dimana peneliti melakukan analisis data bersamaan dengan pengumpulan
data dilapangan. Evaluasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menetapkan
keefektifan atau keberhasilan pencapaian pada setiap siklus, dari hasil
analisis dan evaluasi tadi, tim peneliti akan melakukan refleksi data guna
menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya melakukan perbaikan dalam pembelajaran
kitab ta’limmuta’alim di kamar MQ no 1.
H.Prosedur
penelitian
Dalam
penelitian ini, tim peneliti membuat langkah-langkah penelitian yang meliputi :
a.pembuatan skenario pembelajaran (RPP
terlampir)
b.Mempersiapkan
sarana prasana yang mendukung penerapan tindakan (penerapan metode evry one is
teacher here)
c.Mempersiapkan
instrumen penelitian
d.Melakukan
simulasi pelaksanaan tindakan dan menguji keterlaksanaannya di lapangan.
BAB IV
PAPARAN
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A.Paparan
Data
PTK 1
(SIKLUS PERTAMA)
1.Observasi
Berdasarkan
observasi, peneliti/gurumenemukan
beberapa masalah dan kekurangan dalam RPP I dan penerapannya untuk pembelajaran
pertama di kamar MQ No. 1, masalah-masalah tersebut meliputi :
e.Dari
awal pembelajaran siswa kurang perhatian
f.Dalam menerjemah dan mengartikan kitab banyak
siswa yang tidak memahami karena sebagian besar siswa belum memahami cara
mendabit kitab.
g.Ketika
pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa tertidur.
h.Pembelajaran
membosankan
2.Planing
Berdasarkanpermasalahan-permasalahan di atas, peneliti/
guru merancang dan memodifikasi rencana pembelajaran dengan menambahkan metode evry
one is teacher here, untuk diterapkan dalam pembelajaran berikutnya. RPP II
terlampir
3.Akting
Guru
menerapkan dan melaksanakan perencaan pembelajaran yang telah di rancang untuk
pembelajaran kedua dikamar MQ no 1 pada
hari Rabu 14 april 2012. Langkah-langkah pembelajaran inti ;
1.Menerjemahkan materi tentang Kelebihan Ilmu Fiqih Dan Ilmu Hal Dalam Kitab
Ta’lim Muta’alim
PENERAPAN METODE
AUDIOLINGUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK KELAS X DI MAN 1 MATARAM
TAHUNAJARAN 2011/2012
Oleh :
M.ANUGRAH
ARIFIN
NPM/NIMKO 2008.092.007/2008.4.009.0102.1.00402
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMYSUKOREJO SITUBONDO
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
1.LATAR BELAKANG MASALAH
Bahasa arab sebagai bahasa umat islam
menduduki posisi penting, terutama di Indonesia.Hal ini bukan saja karena penduduk
indonesia mayoritas memeluk agama islam yang secara otomatis menggunakan bahasa
arab dalam ibadah solat, khutbah jumat, zikir dan lain sebagainya. Namun Lebih
dari itu bahasa arab di gunakan sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran
ilmu-ilmu keislaman di seluruh dunia (tidak terkecuali di indonesia), bahkan di
indonesia terdapat banyakkumpulan
akademik atau lembaga-lembagapendidikan
yang menjadikan bahasa arab sebagai bahasa sehari- hari baik dalam kegiatan
pembelajaran maupun diluar kegiatan pembelajaran .
Melihat
bagaimana pentingnya bahasa arab di dunia internasional dan di Indonesia, maka
pemahaman terhadap karakteristik bahasa arab merupakan hal yang niscaya di
kuasai oleh pengajar bahasa arab, karena pemahaman akan diskursus tersebut akan
mempermudah pengajaran bahasa arab. Namun
hendaknya dicermati lebih lanjut, bahwa karakteristik bahasa Arab tidaklah
identik dengan kesulitannya, karena dengan memiliki pemahaman tentangnya,setidaknya memamahami akan pentingnya bahasa
arab sebagai media pemahaman agama dan kelebihan yang ada pada tubuh bahasa
Arab, akan menjadi titik kemudahan bahkan motivasi yang akan sangat mendukung
pembelajaran bahasa arab.
Untuk menunjang pemahaman
bahasa arab tentu dibutuhkan sebuah pembelajaran bahasa. Kata pembelajaran
berasal dari kata “belajar” yang mendapat imbuhan pe-an, sedangkan “menurut
witherington (1925), belajar merupakan perubahan dalam kepribadian ,yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang berbentuk keteraampilan,
sikap,kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Pendapat yang hampir sama juga
diungkapkan oleh clow dan hilgard, menurut crow belajar adalah diperolehnya
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru, sedangkan menurut higard (1962
h.252) belajar adalah suatu proses dimana suatu prilaku muncul atau berubah
karena adanya resppons terhadap suatu situasi”[1].
sedangkan syekh mustofa al-gholayani dalam jami’ ad-durus al-‘arabiyah
mendefinisikan bahasa adalah lafadh-lafadh yang di gunakan oleh suatu kaum
(kumpulan masyarakat ) untuk menggambarkan maksudnya (berkomunikasi)[2]. Jadi pembelajaran bahasa adalah usaha membentuk
pola-pola respon dari suatu rangsangan (berupa latihan dan pengalaman belajar)
yang termanifestasikan dalam bentuk keterampilan berbahasa.
Dari pngertian di atas, dapat kita pahami bahwa keterampilan adalah
salah satu output dari proses belajar, tidak terkecuali keterampilan berbahasa
arab. Namun demikian, Ironi adalah ungkapan yang mungkin riskan untuk digunakan
namun patut untuk dikedepankan untuk menggambarkan pembelajaran bahasa arab di
Indonesia yang belum menuai hasil yang menggembirakan dan belum sejalan dengan
konsep idealitas bahasa arab sebagai bahasa inti dalam agama dan pembelajaran
islam yang tentu melahirkan sebuah hubungan kausal, masyarakat islam Indonesia
seharusnya memahami atau minimal mengenal bahasa arab sebagai akibat dari
identitas keislaman yang melekat pada masing-masing individu (personal
identity).
Ketidak sesuaian metode dalam pembelajaran bahasa arab menjadi salah
satu kendala yang menyebabkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam
pembelajaran bahasa arab, karena “metode merupakan jalan yang di tempuh oleh
guru untuk menyampaikan pelajaran pada murid”[3].
Ada berbagai macam metode dalam pembelajaran bahasa arab. penerapan
metode-metode tersebut disesuaikan dengan pendekatan pendidikan yang
dianutdan tujuan pembelajaran bahasa
yang ingin di capai oleh guru. Misalkan jika sebuah lembaga menganut paham
pendidikan empirisme atau behaveorisme, dimana paham empirisme ini menegaskan
bahwa “…perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu di tentukan oleh
lingkungannya, atau oleh pendidikan dan pengalaman sejak kecil.[4]
maka metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran bahasa arabnya
adalah metode-metode yang melibatkan pengalaman siswa secara langsung, seperti
metode muhaddatsah atau mubasyarah.
Adapun tujuan pembelajaran bahasa yang ingin di capai oleh guru dalam
pembelajaran bahasa arab adalah agar siswa mampu berbahasa dan memiliki
keterampilan berbahasa secara maksimal. Di antara keterampilan bahasa arab yang
dimaksud adalah :
1.keterampilan menyimak atau mendengar,
2.keterampilan berbicara,
3.keterampilan membaca,dan
4.keterampilan menulis).
Dari sekian banyak metode tersebut, metode audiolingual adalah salah
satu metode yang dapat diterapkan untuk para pelajar bahasa arab di
madrasah-madrasah aliyah, dan sesuai dengan pendekatan pendidikan konvergensi
serta sejalan dengan teori pendidikan ki hajar dewantara “tut wuri(mengikuti
dari belakang) handayani (mendorong atau memotivasi )” yang umumnya dijadikan
dasar dalam pemilihan metode pembelajaran di indonesia.[5]
selain itu metode audiolingual juga sesuai dengan ragam gaya belajar siswa baik
yang audio, fisual maupun kinestik karena metode ini menggabungkan antara bakat
bawaan lahir siswa berupa pendengaran (audio), melihat/membaca teks (visual ) sekaligus
melibatkan siswa dalam pengalaman berbahasa(kinestik)[6].
Metode ini telah diterapkan di MAN 1 Mataram. Namun melalui studi
pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti pada tanggal 28 - 4 november 2011,
peneliti menemukan bahwa siswa siswi di MAN 1 Mataram masih kurang mampu menyerap
pembelajaran bahasa arab yang berimplikasi pada kurangnya kemampuan berbahasa
arab secara aktif yang merupakan tujuan dari penggunaan metode audiolingual.
Dari uraian dan permasalahan di atas, penulis perlu sekali untuk
mengadakan penelitian tentang Penerapan
Metode audiolingual Dalam Pembelajaran Bahsa Arab Untuk Siswa Siswi Kelas X di
MAN 1 Mataram Tahun Ajaran 2011/2012
2.IDENTIFIKASI DAN PEMBATASAN MASALAH
a.Identifikasi
Dalam pembelajaran bahasa arab terdapat metode yang beragam, namun yang
perlu di pahami bahwa setiap metode itu diterapkan dalam rangka meningkatkan
keterampilan siswa dalam empat keterampilan berbahasa arab yakni :
Empat
keterampilan tersebut merupakan tujuan akhir dari pembelajaran bahasa arab,jadi
ketika menyelsaikan studi bahasanya, siswa diharapkan memiliki keterampilan
yang maksimal dalam empat hal tersebut. Berikut ini beberapa metode yang dapat
di terapkanoleh guru dalam melaksanakan
pembelajaran bahasa arab :
1Metode kaidah
dan terjemah
2Metode langsung
3Metode audio
lingual
4Metode membaca
5Metode gabungan
6Silent way
7Conseling learning metodh
8Sugestopedia
9Metode herbat
Dalam penerapan metode pembelajaran bahasa arab, masalah yang biasa
muncul adalah ketidak sesuaian antara konsep sebuah metode dengan penerapannya
ketika dikelas, ketidak sesuaian antara metode yang dipilih dengan kondisi
siswa, lingkungan pembelajaran dan kelengkapan pembelajaran, dan minimnya
tenaga guru pendidikan bahasa arab yang kompeten.
b.Pembatasan Masalah
Dalam skripsiakan di bahas
masalah metode pembelajaran bahasa arab yang tentunya sangat luas dan membutuhkan
waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Mengingat ketersediaan waktu yang tidak
memadai, maka peneliti membatasi pada penerapan metode audio lingual dalam
pembelajaran bahasa arab untuk siswa/siswi kelas X di MAN 1 Mataram tahun
ajaran 2011/2012.
3.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, sebagai berikut :
1.Bagaimanakah penerapan metode audiolingual dalam
pembelajaran bahasa arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran 2011/2012
2.Apa saja faktor – faktor penghambat penerapan metode
audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram
tahun ajaran 2011/2012
3.Bagaimana langkah – langkah penyelsaian yang telah dilakukan
pihak sekolah untuk mengatasi faktor-faktor penghambat tersebut
4.TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1.Tujuan
Penelitian
a.Ingin mengetahui bagaimana penerapan metode
audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram
tahun ajaran 2011/2012
b.Ingin mengetahui faktor – faktor yang menghambat penerapan
metode audiolingual dalam
pembelajaran bahasa arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran 2011/2012
c.Ingin mengetahui langkah – langkah apa saja yang telah
di lakukan pihak sekolah untuk mengatasi faktor penghambat penerapan metode
audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram
tahun ajaran 2011/2012
2.Kegunaan
Penelitian
Dari hasil
penelitian ini diharapkan membawa manfaat yang cukup baik, terutama kepada :
a.Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan
dalam rangka mempersiapkan diri untuk menunaikan tugas dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam pendidikan bahasa arab.
b.Guru
Sebagai informasi tambahan
tentang salah satu problematika dalam pengajaran bahasa arab, sehingga dapat
dijadikan rujukan tambahan dalam menerapkan metode audiolingual untuk
pembelajaran bahasa arab.
c.Siswa
Sebagai bahanacuan tambahan
dalam mempelajari bahasa arab sehingga dapat meningkatkan minat dan
kemampuannya dalam berbahasa arab.
5.KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU
Kajian penelitian terdahulu sangat diperlukansebagai
bahan pertimbangan skripsi ini, dan sekaligus sebagai bahan pendukung untuk
pembentukan kerangka teoristis.dalam hal ini, fokus permasalahan yang diangkat dalam
skripsi ini, sudah pernah di teliti oleh miladiyah rahmawati mahasiswa fakultas
tarbiah UIN sunan kalijaga Yogyakarta yang berlokasai di TK-TPA Masjid
at-tauhid demangan Yogyakarta, dengan judul “Metode Audiolingual Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab Anak-Anak Usia Middle Childood (Studi Kasus
Pembelajaran Bahasa Arab Di Tk-TpaMasjid At-Tauhid Demangan Yogyakarta)”. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif jenis studi kasus yangbertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses pembelajaran
fonetik arab untuk anak-anak usia middle childood (6-12th) di TK-TPA masjid
at-tauhid demangan kidul Yogyakarta,dengan anĂ¡lisis data non statistik.
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa secara teoristis anak-anak
usia childood mempunyai potensi yang besar untuk belajar, termasuk belajar
bahasa arab. Namun berdasarkan temuan di lapangan, nak-anak TK-TPA masjid
at-tauhid demangan Yogyakarta mengalami beberapa kendala dalam belajar basa
arab. Kendala-kendala tersebut antara lain : problematika fonologis dan
tulisan, faktor stad/zah yang kurang terampil, problematika pengkondisian kelas.
Beberapa solusi yang di ajuukan oleh peneliti tersebut untuk mengatasi masalah
ini, di antaranya : melakukan pembelajaran bahasa arab dengan prinsip 3B
(bermain,bernyanyi,dan bertepuk tangan), belajar dengan prinsip 3M
(mendengarkan, menirukan, dan mengulangi.). menggunakan media audio visual
serta melakukan pengkondisian kelas dengan sosok ustad/ah idaman.
Sedangkan skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis
studi kasus observasi dan analisa situasi yang terjadi dalam pembelajaran bahasa
arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram, Jadi dalam skripsi ini, responden dan
objek penelitiannya adalah siswa kelas X yang tentu saja sudah memasuki usia
remaja awal dengan latar belakang bahasa arab yang berbeda-beda antar siswa
yang satu (lulusan MTs) dengan siswa yang lainnya (lulusan SMP),yang bertujuan
untukmengetahui sejauh mana dan
bagaimana penerapan metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab untuk
kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran 2011/2012, serta faktor pendukung dan
penghambat penerapan metode audiolingual dan langkah-langkah yang dilakukan
oleh sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
6.KAJIAN TEORISTIS
A.Metode Audiolingual
1.Definisi Metode Audiolingual
Audio lingual berasal
dari dua kata yang menjadi satu bagianyakni audio dan lingual. Audio berarti hal mendengar, terdengar :
suara/bunyiyang dapat didengar[8].
Lingual secara bahasa bermakna hal mengenai lidah, bahasa : kebahasaan[9].
Metode audiolingual adalah cara
menyajikan pelajaran bahasa asing melalui latihan-latihan mendengarkan kemudian
diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan kata-kata dan kalimat dalam bahasa
asing yang sedang dipelajari. Jadi
dalam metode ini menggunakan ear training (latihan mendengar) dan speak
training (latihan berbicara)[10]
2.Ciri – Ciri Pengajaran Metode Audiolingual
Sebagaimana nama metode ini, yaitu mendengarkan dan berbicara maka dalam
aplikasinya, metode ini lebih menekankan pada dua aspek ini sebelum kedua aspek
yang lain. Jika melihat konsep dasarnya, maka ada beberapa hal yang harus di perhatikan
dalam penerapannya dan menjadi ciri khas tersendiri bagi metode ini, yaitu :
a.Pelajar harus menyimak, kemudian berbicara, lalu
membaca dan akhirnya menulis.
b.Tata bahasa di sajikan dalam bentuk pola-pola kalimat
atau dialog-dialog dengan topik situasi sehari-hari.
c.Latihan ( dril/at-tadribat) harus mengikuti
operant-conditioning, dengan guru membacakan teks bahasa arab dan meberikan
rangsangan kepada siswa untuk mengikuti bacaan dan mengembangkan teks yang di
baca guru.
d.Dalam latihan-latihan, pemberian hadiah lebih
diutamakan daripada pemberian hukuman.
e.Semua unsur bahasa harus disajikan dari yang mudah
kepada yang sukar/ bertahap
f.Guru harus menghindari kemungkinan-kemungkinan untuk
memuat kesalahan siswa dalam memberi respon, sebab penguatan positif lebih
efektif dari pada penguatan negatif .perinsip ini kata nababan (1993: 3)
disebut “penghindaran kesalahan” (eror prevention/ tajannub al-khata’)[11]
3.Sejarah Metode Audiolingual
Metode audiolingual (at-thoriqoh as-sam’iyah)
mula-mula muncul di Amerika Serikat (AS).hal ini tidak terlepas dari situasi
politik Negara itu yang terlibat perang dunia ke II. Pada saat itu , amerika
menderita kekalahan perang. Selayaknya sebuah Negara yang kalah dalam
peprangan, amerika pun perlu menggalang kekuatan baru. Maka untuk kepentingan
penggalangan kekutan baru, amerika sangat membutuhkan personalia yang lancar
berbahasa asing (yang nantinya akan ditetapkan di Negara prancis, belanda,
cina, dan Negara- Negara jajahannya ) yang mampu bekerja sebagai penerjemah,
asisten-asisten dalam adan penerjemahan dokumen-dokumen, dan
pekerjaan-pekerjaan lainnya yang membutuhkan komunikasi langsung dengan
penduduk lokal.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan
adanya suatu program yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa asing personalia
AS secara cepat. Sebagai tindak lanjutnya, pemerintah AS menugaskan beberapa
universitas untuk membuatdan merancang
program pengajaran bahasa asing untuk personalia militer AS yang mempunyai
kemampuan dasar bahasa yang diperlukan. Maka pada tahun 1942 didirikanlah
sebuah lembaga yang diberi nama Akademik Specialized Training Program
(ASTP)yang bertujuan agar peserta
programini memiliki keterampilan bericara dalam beberapa bahasa
asing.
Oleh karena pada waktu
itu tujuan ini bukan hal yang lazim di AS, maka diperlukan sebuah pendekatan
danmetode pengajaran bahasa “yang lain
dari yang lain” . maka berdasarkan penelitian dan percobaan ilmuan bahasa di AS
lahirlah sebuah metode yang di kenal dengan army method yang pada masa –
masa awal hanya digunakan untuk pembelajaran bahasa asing untuk personalia
militer, namun selanjutnya di gunakan juga untuk umum. Metode ini pada dasarnya
mengintensifkan periinsip-perinsip dalam direct methodatau metode langsung yang dikembangkan
oleh Carles Berlitz di jerman menjelang abad ke- 19.Metode ini mencoba menstimulasikan cara
pelajar belajar bahasa asing secara langsung dan intensif dalam komunikasi,
sehingga dengan metode ini pelajar dibiasakan untuk berpikir dan mengungkapkan
pikiran dengan bahasa asing. Untuk mencapai tujuan itu maka penggunaan bahasa
ibu dan bahasa kedua harus di hindari.
Namun melihat
perkembangan akan kebutuhan penguasaan bahasa asing secara cepat, (sedangkan
tidak semua pelajar mampu memahami, berpikir dan mengungkapkan pikiiran dalam bahasaasing tanpa melibatkan bahasa ibu atau bahasa kedua )
maka para pengajar bahasa asing memandang perlu menerapkan sebuah metode yang
dipandang lebih berhasil. Maka pada tahun 1950 muncullah metode audio lingual
yang sejak saat itu berkembang dan popular digunakan dalam pengajaran bahasa
asing.[12]
4.Asumsi Munculnya Metode Audiolingual
Al- khulli (1982 : 23-24) mengatakan dasar yang menjadi landasan
terbentuknya metode audiolingual adalah adanya urutan keterampilan bahasa yang
harus diajarkan yakni mendengarkan,berbicara,membaca, dan menulis. Konsep ini
mengandung arti :
a.Dasar berbahasa adalah percakapan, sedangkan tulisan
adalah bagian dari percakapan .maka materi yang perlu diprioritaskan dalam
pengajaran bahasa asing atau bahasa tujuan adalah memahami pembicaraan dan
berbicara, setelah itu baru aspek lainnya yaitu membaca dan menulis.hal ini
sejalan dengan aktivitas seorang anak dalam mempelajari bahasa ibu, yaitu
mendengarkan dulu, kemudian meniru berbicara sebelum dilanjutkan kepada
aktivitas belajar bahasa sebagai bacaan dan tulisan.
b.Cara yang tepat untuk mengajarkan bahasa asing atau bahasa tujuan adalah dengan membentuk
kebiasaan berbahasa.
c.Materi yang harus dipelajari adalah bahasa asing atau
bahasa tujuan itu sendiri, bukan materi mengenai bahasa. Artinya metode ini
bertolak belakang dengan metode kaidah dan terjemah yaitu tidak memperhatikan
aspek kaidah maupun terjemah kecuali dalam keadaan sangat terpaksa.
d.Para ahli bahasa struktural menolak adanya pikiran
tata bahasa semesta yang memandang adanya kaidah-kaidah bahasa secara
keseluruhan.akan tetapi sebaliknya mereka memandang bahwa setiap bahasa di
dunia memiliki kaedah masing-masing yang berbeda dengan yang lainnya. Para ahli
metode ini memandang bahwa problematika terbesar dalam pengajaran bahasa adalah
adanya perbedaan antara bahasa tujuan sebagai bahasa yang dipelajari dengan
bahasa ibu dalam aspek suara, struktur, makna. Oleh sebab itu untuk memperoleh
penguasaan yang baik adalah dengan cara pembiasaaan secara konsisten dengan
jalan latihan.[13]
5.Langkah-Langkah Penerepan Menggunakan
Penggunaan Metode
Audiolingual
Langkah-langkah penerapan metode audiolingual, salah satunya ialah
sebagai berikut :
a.Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan
materiyang akan disajikan baik berupa appersepsi, atau tes
awal tentang materi, atau yang lainnya.
b.Penyajian dialog/ bacaan pendek yang dibacakan oleh
guru berulang kali, sedangkan pelajar menyimak tanpa melihat teksnya.
c.Peniruan dan penghafalan dialog / bacaan pendek dengan
teknik meniru setiap kalimat secara serentak dan menghafalkannya. Dalam
pengajaran bahasa teknik ini dikenal dengan “peniruan-penghafalan”
(mimicry-memorization/ uslub al-muhakakah wal-hifzi )
d.Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog
/bacaan yangdianggap sulit karena
terdapat struktur atau ungkapan-ungkapan yang sulit. Hal ini bisa dikembangkan
dengan dril. Dengan teknik ini di latih struktur dan kosakata.
e.Dramatisasi dari dialog/ bacaan yang sudah dipelajari
di atas.pelajar yang sudah hafal disuruh mempergunakannya di
muka kelas.
f.Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan
pola-pola kalimat yang sudah dilatih.
g.Penutupan (jika diperlukan) misalnya dengan memberikan
tugas untuk dikerjakan di rumah. Dalam hal ini pelajar diperintahkan untuk
berlatih kembali dalam menggunakan pola-pola yang sudah dipelajarinya di
sekolah.[14]
6.Kekurangan Dan Kelebihan Metode Audio Lingual
Aspek kelebihannya
antara lain :
a.Para
pelajar menjadi terampil dalam membuat pola-pola kalimat yang sudah di-drill.
b.Para
pelajar mempunyai lafal yang baik atau benar .
c.Para
pelajar tidak tinggal diam dalam dialog akan tetapi harus terus menerus memeri
respon pada rangsangan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian maka siswa
dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan bahasanya secara bertahap sesuai
dengan rangsangan yang di berikan oleh guru dalam drill.
d.Para
pelajar akan mendapat pengalaman berbaha secara langsung dalam drill-drill yang
di adakan dalam kelas, sehingga dapat memberikan modal awal bagi para siswa
untuk mencoba, berkomunikasi dengan bahasa tujuan di luar kelas.
Aspek kelemahannya
antara lain :
a.Para
pelajar cenderung meniru secara serentak/ individual seperti “membeo” , dan
sering tidak mengetahui makna yang diucapkannya. Respon ini terlalu mekanistis.
b.Para
pelajar tidak diberi latihan dalam makna-makna selain dari kalimat yang dilatih
berdasarkan konteks. Sebagai akibatnya mereka hanya menguasai satu makna atau
arti dari sebuah kalimat, dan komunikasi hanya akan lancer apabila
kalimat-kalimat yang digunakan di ambil dari kalimat-kalimat yang sudah dilatih
di dalam kelas.
c.Sebetulnya
para pelajar tidak berperan aktif, tapi hanya memberikan respon dari rangsangan
yang diberikan oleh guru. Jadi, gurulah yang menentukan semua latihan dan
materi pelajran di kelas. Dengan kata lain penguasaan dalam kelas “dikuasai
sepenuhnya oleh guru”
d.Metode
ini berpendirian bahwa jika pada tahap-tahap awal pelajar tidak/ belum mengerti
makna dari kalimat-kalimat yang ditirunya, tidak dianggap sebagai hal yang
meresahkan . selanjutnya dengan menyimak dengan baik apa yang dikatakan oleh
guru, member respon dengan benar dan menunaikan semua tugas tanpa kesalahan,
pelajar sudah dianggap belajar bahasa tujuan dengan benar. Anggapan ini membuat
siswa melakukan suatu aktifitas yang “mubazir”, karena meniru tanpa makna tidak
akan mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa dalam konteks yang wajar
(di luar kelas), kecuali siswa berada dalam kondisi dan situasi yang sama
ketika seperti latihan di kelas. Oleh karena itu diperlukan bimbingan yang
intensif dalam mencapai kemampuan komunikasi ini.[15]
B.Pembelajaran Bahasa Arab
1.Pengertian Pembelajaran
Dr. Muliayati dan drs. mujdiyono (2006) mendefinisikan makna
pembelajaran dengan terlebih dahulu mendefinisikan makna belajar. Menurutnya
belajar adalah usaha pengembangan diri yang akan menghasilkan informasi herbal, keterampilan intelek,
keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif, adapun pembelajaran lebih
ditekankan pada usaha pendidik untuk memberikan rekayasa stimulus untuk
memaksimalkan hasil belajar .[16]
jadi pembelajaran adalah usaha yang melibatkan semua kompenen pendidikan untuk
memaksimalkan hasil belajar siswa yang berdampak pada peningkatan kreativitas
dan produktivitas siwa serta meningkatnya kinerja civitas sebuah lembaga
pendidikan.
2.Pengertian Bahasa Arab
Bahasa arab adalah kalimat-kalimat yang digunakan orang arab untuk
mengungkapkan maksud/pemikiran mereka dan telah sampai kepada kita melalui
jalan penukilan, dimana keaslian dan keindahan bahasanya terjaga dalam al-quran
dan hadis nabi yang mulia serta kebudayaan bangsa arab.[17]
Dengan demikian Pembelajaran bahasa arab adalah usaha yang melibatkan
semua kompenen pendidikan untuk memaksimalkan hasil belajar bahasa arab siswa
yang berdampak pada peningkatan kreativitas, produktivitas dan keterampilan berbahasa
arab siswa.
3.Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas, pada dasarnya
merupakan interaksi antara guru dan siswa. Namun perbedaan pandangan para ahli
tentang definisi belajar, berpengaruh pada beragamnya deskripsi belajar yang di
tampilkan oleh para ahli, walaupun pada dasarnya mereka sepakat bahwa belajar
merupakan prilaku individu, namun dalam prosesnya, banyak hal-hal yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Mengajar Bahasa
Arab
Seperti proses belajar mengajar pada umumnya, belajar mengajar bahasa
arab pun memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaranya
(belajar-mengajar). Diantara faktor-faktor tersebut tentu ada yang memberi
pengaruh positif terhadap belajar mengajar bahasa, adapula yang memberikan pengaruh negatif.aspek-
aspek tersebut meliputi aspek motivasi, aspek usia, aspek penyajian formal,
aspek bahasa pertama, dan aspek lingkungan.
7.METODE PENELITIAN
A.Pendekatan Penelitian.
Metode Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
yang alamiah (kebalikan dari eksperimen) dimana peneliti berfungsi sebagai
instrument kunci.[18]
Metode penelitian kualitatif dibagi menjadi beberapa bagaian, yaitu jenis
penelitian fenĂ³menologi, etnnhografi, studi kasus.
Studi kasus
adalah jenis penelitian kualitatif yang menguji secara terperinci terhadap satu
latar, orang, dokumen atau sebuah pristiwa.[19]
Jadi dalam penelitian ini peneliti akan terjun langsung kelapangan dan
peneliti sendiri yang akan menyusun instrument, mengumpulkan data serta
melakukan analisis data jadi peneliti menjadi instrumen inti dalam meneliti Penerapan Metode audiolingual Dalam
Pembelajaran Bahsa Arab Untuk Siswa Siswi Kelas X di MAN 1 Mataram Tahun Ajaran
2011/2012.
Karena penelitian ini berangkat dari ketertarikan peneliti untuk memahami makna-makna dibalik kasus
pembelajaran bahasa arab yang terjadi di MAN 1 Mataram, dimana terjadi disefek
antara metode yang digunakan dengan output (produk) keterampilan berbahasa yang
dimiliki siswa/siswi MAN 1 Mataram, maka dalam skripsi ini peneliti menggunakan
pendekatan Penelitian KualitatifJenis Studi Kasus.
B.Teknik Pengumpulan Data
Melihat dari lingkup penelitian yang diangkat dalam skripsi ini, yang
membahas tentang penerapan metode pembelajaran bahasa arab, yang tentu akan
melibatkan banyak pihak. maka untuk mendapatkan data yang lebih akurat,
peneliti memilih untuk menggunakan teknik triangulasi yang merupakan gabungan
dari teknik interview, dokumentasi dan observasi. Adapun hal-hal yang akan
dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah :
a.Sumber Data hidup
1.Guru bahasa arab di MAN 1 Mataram yang merupakan
narasumber ahli karena mengetahu seluk-beluk serta kondisi pembelajaran arab di
MAN 1 Mataram.
2.Siswa kelas X di MAN 1 Mataram karena mereka adalah
obyek penerapan metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab di MAN 1
Mataram.
3.Kepala sekolah dan guru-guru sebagai sumber data
pembanding antara data yang peneliti peroleh dari dua sumber di atas.
b.Sumber data
tak hidup
1.Dokumen-dokumen sekolah yang berkaitan dengan masalah
yang di teliti
2.Sekolah dan ruang kelas serta suasana ketika
berlangsungnya pembelajaran bahasa arab sebagai obyek observasi.
C.Teknik Analisa Data
Karena skripsi ini
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, peneliti menggunakan teknik
analisis data model Spradley (1980) yakni peneliti lebih banyak melakukan
analisis data bersamaan dengan pengumpulan data di lapangan dengan analisis domain,
analisis taksonomi, analisis kompensional dan kemudian dilanjutkan dengan
analisis tema.
D.Rencana Uji Keabsahan Data
Dalam sebuah penelitian uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas
data (validitas internal), uji depenabilitas (reliabilitas) data, uji
transferabilitas (validitas eksternal/ generalisasi) dan uji konfirmabilitas
(obyektivitas). Namun yang paling utama di uji adalah kredibilitas data. Dalam
skripsi ini uji kredibilitas data akan dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, membercheck, dan anĂ¡lisis
kasus negatif.
E.Tahap – Tahap Penelitian
Tahapan dalam penelitian dalam skripsi ini meliputi :
Tahap memasuki lapangan dengan grand tour dan
miniatur question,
menentukan fokus
tahap
selection dengan menggunakan pertanyaan struktural, dan
tahap
anĂ¡lisis tema atau “discovering cultural yang sesungguhnya merupakan upaya
mencari benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada.”[20]
8.SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Dalam skripsi ini penulis menyusun sistematika pembahasan sebagai
berikut ;
BAB I:
Meliputi : Latar
belakang, Penegasan judul, Identifikasi masalah, Perumusan, masalah,Tujuan dan
kegunaan penelitian, Kajian penelitian terdahulu,Sistematika pembahasan.
BAB II :
Kajian teoristis ,
Meliputi :
A. Metode
audiolingual: Definisi metode audiolingual, Sejarah metode audiolingual, Asumsi
munculnya metode audiolingualCiri – ciri pengajaran metode audiolingual,Langkah-langkah
penerepan menggunakan metode audiolingual. B.Pembelajaran bahasa arab : Pengertian
pembelajaran bahasa arab, Proses belajar mengajar, Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar mengajar.
BAB III
:Metode penelitian,
Meliputi :Pendekatan
Penelitian,Metode pengumpulan data,Teknik analisa data, Pengecekan keabsahan
data, Tahap – tahap penelitian.
BAB IV:
Pemaparan data dan pembahasan
Meliputi : Gambaran umum obyek penelitian,Latar
belakang berdirinya MAN 1 Mataram,Deskripsi data dan pemaparan data.
BAB V :
Penutup
Meliputi : Kesimpulan, Saran-saran,Penutup.
DAFTAR PUSTAKA
Acep hermawan,Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. PT REMAJA
RODA KARYA :Bandung,2011.
Ansor Muhtad A.Metode-Metode Dalam
Pengajaran Bahasa Arab. STAIN TULUNGAGUNG.2008
Al-Gholayani Mushtof Prof.Dr. Jami´ Ad-Durus,
1, dar al-afkar:,beyrhout, 2008